Bagaimana memudahkannya??
LALUAN MENUJU KE KUBUR
a. Jauhkan dari perbuatan mengumpat & mengeji
b. Hindarkan perasaan irihati (benci)
c. Jangan terpengaruh dengan harta dunia
d. Sucikan kadha' hajat dgn istibra (berdehem selepas buang air kecil!)
LALUAN UNTUK BERJUMPA IZRAIL
a. Bersihkan diri dengan bertaubat
b. Gembirakan hati orang Mu'min
c. Bayar semula kadha' (solat & puasa) yang tertinggal d. Kasih sepenuh hati kepada ALLAH Taala
LALUAN UNTUK BERTEMU MUNGKAR NANGKIR
a. Mengucap dua kalimah syahadat
b. Suka memberi sedekah
c. Berkata benar
d. Bersihkan dan perbaiki hati
LALUAN UNTUK MEMBERATKAN TIMBANGAN
a. Belajar atau mengajar ilmu yang bermanafaat
b. Sucikan perkataan dan pakaian
c. Bersyukur dengan yang sedikit
d. Suka dan redha dengan yang didatangkan oleh ALLAH
LALUAN MEMANTAPKAN AMALAN
a. Jauhkan perkataan yang sia-sia
b. Pendekkan cita-cita dunia
c. Banyakkan puji-pujian kepada ALLAH
d. Banyakkan sedekah dan khairat
LALUAN MELALUI TITIAN SIRAT AL-MUSTAKIM
a. Kasihilah aulia ALLAH Ta'ala
b. Berbaktilah kepada kedua ibubapa
c. Berpegang teguh dengan hukum syara'
d. Bercakap perkataan yang baik sesama makhluk
LALUAN MENJAUHKAN DIRI DARI NERAKA
a. Banyakkan membaca al-Quran
b. Banyakkan menangis kerana dosa-dosa yang lalu
c. Tinggalkan perkara yang maksiat
d. Jauhkan segala yang haram
LALUAN UNTUK MEMASUKI SYURGA
a. Membuat kebajikan seberapa banyak yang boleh
b. Kasihi orang yang soleh
c. Kerjakan segala suruh-suruhan ALLAH
d. Merendahkan diri di antara semua makhluk ALLAH
LALUAN BERJUMPA DENGAN NABI MUHAMMAD
a. Kasihilah Nabi ALLAH
b. Kasihilah Rasulluah
c. Tuntutilah yang difardhukan oleh ALLAH
d. Banyakkan selawat Nabi S.A.W.
LALUAN UNTUK BERTEMU ALLAH
a. Serahkan seluruh jiwa raga kepada ALLAH
b. Hindarkan diri dari menderhaka kepada ALLAH
c. Betulkan dan baikkan i'tiqad kepada ALLAH
d. Bencikan segala yang diharamkan-Nya.
Wednesday, 18 May 2011
kuasa ALLAH...
Kisah Dari Tanah Suci ini untuk iktibar bersama. Kisah ini mengenai seorang wanita Muslimah Melayu berasal dari Perak yang menunaikan haji.
Wanita ini kerana sudah tua dan uzur, lutut pun lemah dan sentiasa sakit, menggunakan kerusi roda semasa tawaf dan saie. Dia mengupah petugas Arab menolaknya, tujuh kali pusingan tawaf dan tujuh kali berulang alik antara Bukit Safa dan Marwah.
Beliau menunaikan tawaf rukun dan saie saja. Yang sunat tak mampu kerana uzur. Lagi pun wangnya hanya cukup-cukup saja.
Namun, ada satu amalan mulia dimiliki Muslimah ini. Yakni mencontohi sunnah Nabi s.a.w., mengasihani dan menyayangi kucing di desanya.
Dia amat suka memelihara kucing. Di rumahnya banyak kucing. Dia melayan makan dan minum kucing. Dia pungut kucing yang dibuang orang, diberikan makan dan minum, dirawat dan dimandikan dengan sabun wangi.
Walaupun banyak kucing jalanan itu lemah, sakit, kurus kering atau lumpuh, tetap diambilnya untuk dirawat di rumahnya. Ada yang berkudis dan sakit serius. Pendeknya rumahnya menjadi pusat kucing kurap.
Maka terkenallah rumahnya jadi pusat rawatan kucing. Mana-mana kucing yang mati dikuburkan di kebunnya. Demikian begitu kasih Muslimah ini kepada makhluk Allah yang lemah lembut itu.
Justeru, ada kucing-kucing peliharaannya manja, gemuk dan sihat, serta cantik-cantik belaka, berkat khidmatnya, yang ikhlas.
Tahun itu beliau berangkat, menunaikan haji dengan menggunakan perkhidmatan Tabung Haji. Gembira dan sayu nian kalbunya, kerana hajatnya untuk ke Tanah Suci, solat di Masjidilharam dan melihat Baitullah di depan mata sudah terkabul sudah.
Ingin di hatinya untuk tawaf banyak-banyak seperti orang muda dan sihat. Tetapi apakan daya, lututnya sakit manakala badan uzur. Setelah solat fardu sentiasalah beliau memanjatkan doa dan pertolongan Allah, agar hajatnya dimakbulkan.
Pada suatu hari, semasa hendak pergi solat di Masjidilharam dengan keadaan bertongkat, beliau terjumpa seekor kucing yang kurus, comot, lemah dan lapar.
Apabila kucing itu hendak bangun berjalan, ia jatuh berkali-kali. Kasihan nian wanita tua itu melihat makhluk Allah itu menderita dan sengsara di kota suci Makkah.
Lantas diambilnya kucing itu, diurutnya tubuhnya yang lemah itu. Dibelikan sebungkus nasi berlauk dan diberikan minum air zam-zam yang murni.
Dengan takdir Allah, kucing itu pulih dan sihat. Kucing itu telah menggesel kaki Muslimah tadi, lalu menjilat kedua-kedua tapak kakinya. Ajaib sungguh, kaki dan lututnya yang sakit tadi, tiba-tiba menjadi sihat dan kuat, seperti orang muda.
Muslimah tua tadi dapat tawaf sebanyak-banyaknya, ikut suka hatinya. Tertunailah hajat yang terbuku di hatinya selama ini, berkat menolong seekor kucing di Makkah yang mulia itu..
Setelah tawaf wida (selamat tinggal) dan menziarahi Masjid Nabawi, hajah yang solihah tadi berserta rombongannya bersiaplah untuk pulang ke Malaysia.
Sewaktu hendak menaiki tangga pesawat di Jeddah, Muslimah tua tadi terlopong melihat seekor kucing yang mirip kucing yang ditolongnya sewaktu di Makkah dulu.
Kucing itu duduk di sisi tangga pesawat itu sambil matanya merenung sayu padanya. Apabila Muslimah tadi sampai ke anak tangga teratas, kucing tadi ghaiblah daripada pandangannya.
Demikianlah ganjaran dan berkat orang yang mengasihi kucing, seperti Nabi kita s.a.w. mengasihinya di dunia ini, lebih-lebih besarlah pahala menunggunya di alam akhirat nanti. Amin
Tuesday, 17 May 2011
Tulang rusuk yang hilang
Bismillahir-Rahmanir-Rahim ...
Cerita ini saya posting untuk seorang teman yang sedang duduk termenung disana menyesali diri. Kehidupan cinta yang penuh dengan pertengkaran membuat teman saya ini merasa salah memilih calon pendamping hidupnya yaiu sang pacar yang sudah 4 tahun menemani hari-harinya.
... cerita ini untuk kita semua yang sering kali membuat sedi hati orang yang kita sayang .. semoga kisah ini membuat perubahan akan perasaan pada sang kekasih….
Sebuah senja yang sempurna, sepotong donat, dan lagu cinta yang lembut. Adakah yang lebih indah dari itu, bagi sepasang manusia yang memadu kasih? Raka dan Dara duduk di punggung senja itu, berpotong percakapan lewat, beratus tawa timpas, lalu Dara pun memulai meminta kepastian. ya, tentang cinta.
Dara : Siapa yang paling kamu cintai di dunia ini?
Raka : Kamu dong?
Dara : Menurut kamu, aku ini siapa?
Raka : (Berpikir sejenak, lalu menatap Dara dengan pasti) Kamu tulang rusukku! Ada tertulis, Tuhan melihat bahwa Adam kesepian. Saat Adam tidur, Tuhan mengambil rusuk dari Adam dan menciptakan Hawa. Semua pria mencari tulang rusuknya yang hilang dan saat menemukan wanita untuknya, tidak lagi merasakan sakit di hati.”
Setelah menikah, Dara dan Raka mengalami masa yang indah dan manis untuk sesaat. Setelah itu, pasangan muda ini mulai tenggelam dalam kesibukan masing-masing dan kepenatan hidup yang kain mendera. Hidup mereka menjadi membosankan. Kenyataan hidup yang kejam membuat mereka mulai menyisihkan impian dan cinta satu sama lain.
Mereka mulai bertengkar dan pertengkaran itu mulai menjadi semakin panas.
Pada suatu hari, pada akhir sebuah pertengkaran, Dara lari keluar rumah. Saat tiba di seberang jalan, dia berteriak, “Kamu nggak cinta lagi sama aku!”
Raka sangat membenci ketidakdewasaan Dara dan secara spontan balik berteriak, “Aku menyesal kita menikah! Kamu ternyata bukan tulang rusukku!”
Tiba-tiba Dara menjadi terdiam , berdiri terpaku untuk beberapa saat. Matanya basah. Ia menatap Raka, seakan tak percaya pada apa yang telah dia dengar.
Raka menyesal akan apa yang sudah dia ucapkan. Tetapi seperti air yang telah tertumpah, ucapan itu tidak mungkin untuk diambil kembali. Dengan berlinang air mata, Dara kembali ke rumah dan mengambil barang-barangnya, bertekad untuk berpisah. “Kalau aku bukan tulang rusukmu, biarkan aku pergi. Biarkan kita berpisah dan mencari pasangan sejati masing-masing. ”
Lima tahun berlalu…..
Raka tidak menikah lagi, tetapi berusaha mencari tahu akan kehidupan Dara. Dara pernah ke luar negeri, menikah dengan orang asing, bercerai, dan kini kembali ke kota semula. Dan Raka yang tahu semua informasi tentang Dara, merasa kecewa, karena dia tak pernah diberi kesempatan untuk kembali, Dara tak menunggunya.
Dan di tengah malam yang sunyi, saat Raka meminum kopinya, ia merasakan ada yang sakit di dadanya. Tapi dia tidak sanggup mengakui bahwa dia merindukan Dara.
Suatu hari, mereka akhirnya kembali bertemu. Di airport, di tempat ketika banyak terjadi pertemuan dan perpisahan, mereka dipisahkan hanya oleh sebuah dinding pembatas, mata mereka tak saling mau lepas.
Raka : Apa kabar?
Dara : Baik… ngg.., apakah kamu sudah menemukan rusukmu yang hilang?
Raka : Belum.
Dara : Aku terbang ke New York dengan penerbangan berikut.
Raka : Aku akan kembali 2 minggu lagi. Telpon aku kalau kamu sempat. Kamu tahu nomor telepon kita, belum ada yang berubah. Tidak akan ada yang berubah.
Dara tersenyum manis, lalu berlalu.
“Good bye….”
Seminggu kemudian, Raka mendengar bahwa Dara mengalami kecelakaan, mati. Malam itu, sekali lagi, Raka mereguk kopinya dan kembali merasakan sakit di dadanya. Akhirnya dia sadar bahwa sakit itu adalah karena Dara, tulang rusuknya sendiri, yang telah dengan bodohnya dia patahkan.
“Kita melampiaskan 99% kemarahan justru kepada orang yang paling kita cintai. Dan akibatnya seringkali adalah fatal...''
Semoga bermanfaat dan penuh Kebarokahan dari Allah.....
Cerita ini saya posting untuk seorang teman yang sedang duduk termenung disana menyesali diri. Kehidupan cinta yang penuh dengan pertengkaran membuat teman saya ini merasa salah memilih calon pendamping hidupnya yaiu sang pacar yang sudah 4 tahun menemani hari-harinya.
... cerita ini untuk kita semua yang sering kali membuat sedi hati orang yang kita sayang .. semoga kisah ini membuat perubahan akan perasaan pada sang kekasih….
Sebuah senja yang sempurna, sepotong donat, dan lagu cinta yang lembut. Adakah yang lebih indah dari itu, bagi sepasang manusia yang memadu kasih? Raka dan Dara duduk di punggung senja itu, berpotong percakapan lewat, beratus tawa timpas, lalu Dara pun memulai meminta kepastian. ya, tentang cinta.
Dara : Siapa yang paling kamu cintai di dunia ini?
Raka : Kamu dong?
Dara : Menurut kamu, aku ini siapa?
Raka : (Berpikir sejenak, lalu menatap Dara dengan pasti) Kamu tulang rusukku! Ada tertulis, Tuhan melihat bahwa Adam kesepian. Saat Adam tidur, Tuhan mengambil rusuk dari Adam dan menciptakan Hawa. Semua pria mencari tulang rusuknya yang hilang dan saat menemukan wanita untuknya, tidak lagi merasakan sakit di hati.”
Setelah menikah, Dara dan Raka mengalami masa yang indah dan manis untuk sesaat. Setelah itu, pasangan muda ini mulai tenggelam dalam kesibukan masing-masing dan kepenatan hidup yang kain mendera. Hidup mereka menjadi membosankan. Kenyataan hidup yang kejam membuat mereka mulai menyisihkan impian dan cinta satu sama lain.
Mereka mulai bertengkar dan pertengkaran itu mulai menjadi semakin panas.
Pada suatu hari, pada akhir sebuah pertengkaran, Dara lari keluar rumah. Saat tiba di seberang jalan, dia berteriak, “Kamu nggak cinta lagi sama aku!”
Raka sangat membenci ketidakdewasaan Dara dan secara spontan balik berteriak, “Aku menyesal kita menikah! Kamu ternyata bukan tulang rusukku!”
Tiba-tiba Dara menjadi terdiam , berdiri terpaku untuk beberapa saat. Matanya basah. Ia menatap Raka, seakan tak percaya pada apa yang telah dia dengar.
Raka menyesal akan apa yang sudah dia ucapkan. Tetapi seperti air yang telah tertumpah, ucapan itu tidak mungkin untuk diambil kembali. Dengan berlinang air mata, Dara kembali ke rumah dan mengambil barang-barangnya, bertekad untuk berpisah. “Kalau aku bukan tulang rusukmu, biarkan aku pergi. Biarkan kita berpisah dan mencari pasangan sejati masing-masing. ”
Lima tahun berlalu…..
Raka tidak menikah lagi, tetapi berusaha mencari tahu akan kehidupan Dara. Dara pernah ke luar negeri, menikah dengan orang asing, bercerai, dan kini kembali ke kota semula. Dan Raka yang tahu semua informasi tentang Dara, merasa kecewa, karena dia tak pernah diberi kesempatan untuk kembali, Dara tak menunggunya.
Dan di tengah malam yang sunyi, saat Raka meminum kopinya, ia merasakan ada yang sakit di dadanya. Tapi dia tidak sanggup mengakui bahwa dia merindukan Dara.
Suatu hari, mereka akhirnya kembali bertemu. Di airport, di tempat ketika banyak terjadi pertemuan dan perpisahan, mereka dipisahkan hanya oleh sebuah dinding pembatas, mata mereka tak saling mau lepas.
Raka : Apa kabar?
Dara : Baik… ngg.., apakah kamu sudah menemukan rusukmu yang hilang?
Raka : Belum.
Dara : Aku terbang ke New York dengan penerbangan berikut.
Raka : Aku akan kembali 2 minggu lagi. Telpon aku kalau kamu sempat. Kamu tahu nomor telepon kita, belum ada yang berubah. Tidak akan ada yang berubah.
Dara tersenyum manis, lalu berlalu.
“Good bye….”
Seminggu kemudian, Raka mendengar bahwa Dara mengalami kecelakaan, mati. Malam itu, sekali lagi, Raka mereguk kopinya dan kembali merasakan sakit di dadanya. Akhirnya dia sadar bahwa sakit itu adalah karena Dara, tulang rusuknya sendiri, yang telah dengan bodohnya dia patahkan.
“Kita melampiaskan 99% kemarahan justru kepada orang yang paling kita cintai. Dan akibatnya seringkali adalah fatal...''
Semoga bermanfaat dan penuh Kebarokahan dari Allah.....
PASRAH ATAS KEHENDAK ALLAH .., MESKI DERITA DATANG TIADA HENTI ... (Kisah Nyata ..) ...
Bismillahir-Rahmanir-Rahim....
Tiga puluh tujuh tahun yang lalu aku menikah dengan lelaki idamanku yang bernama Dani. Di mataku lelaki ini cukup sempurna. Ganteng, juga berasal dari keluarga dan lingkungan islami. Dengan memilihnya sebagai suami, kupikir, ia bisa membimbingku sebagai istri yang sakinah. Meski ia hanya berprofesi sebagai sopir truk, tapi aku cukup bangga bila ia meminangku sebagi istrinya. Pekerjaan apapun yang penting halal dan aku mencintainya.
Dengan pertimbangan inilah, aku menikah dengan Dani sekitar 37 tahun yang lalu. Aku menikah dengan pesta resepsi seperti di kampung-kampung umumnya. Sederhana namun meriah. Undangan pun banyak yang hadir memeriahkan pestaku. Rasanya aku seperti ratu sehari. Semua orang memuji kecantikanku dengan kebaya pengantin yang kukenakan. Begitu pula, dengan Dani. Ketampanannya semakin tampak dengan baju pengantin daerah yang ia kenakan.
Setelah menikah, kami tinggal di rumah Abah dan Emakku. Maklum, suamiku hanya sebagai sopir yang belum mampu membelikanku sebuah rumah. Meski begitu, aku cukup bahagia. Terlebih kedua orang tuaku cukup menerima Dani. Tanpa melihat materi dan profesi menantunya. “Yang penting, menantuku baik terhadap putrimu. Dan, bisa membuat anakku bahagia,’ mungkin begitulah pikir kedua orang tuaku ketika itu.
...kami memang pasangan yang sangat bahagia. Kesulitan ekonomi bukan halangan bagi kami untuk menghirup kebahagiaan. Terlebih saat kami dikaruniai dua orang putri yang lucu dan cantik...
Kenyataannya memang begitu, kami memang pasangan yang sangat bahagia. Kesulitan ekonomi bukan halangan bagi kami untuk menghirup kebahagiaan. Terlebih saat kami dikaruniai dua orang putri yang lucu dan cantik. Ari dan Ami namanya. Untuk membantu kebutuhan keluarga, aku bekerja di bengkel sepatu (rumah produksi, red) yang banyak terdapat di wilayahku.
Minuman Keras Merampas Kebahagiaanku...
Diluar perkiraanku, saat hamil putriku yang ketiga, sikap suamiku berjungkal balik. Sikapnya sungguh berlawanan dengan Dani yang sesungguhnya. Dia kerap bersikap kasar dan bicaranya “ngawur”. Ini semua dikarenakan ia mulai menenggak minuman keras. Aku pun tidak mengerti kenapa ia bisa tergoda oleh minuman yang memabukkan itu. Padahal sebagai istri, aku sudah berusaha bersikap yang terbaik untuk melayaninya. Kelucuan kedua putrimu pun, ternyata tidak mampu menangkal dari godaan minuman menyesatkan ini.
Apalagi, waktu itu, aku tengah hamil anakku yang ketiga. Seharusnya dia memanjakanku seperti saat kehamilanku sebelumnya. Tapi kenyataannya tidak. Justru sebaliknya. Setiap pulang ke rumah, bukannya uang atau oleh-oleh yang dibawanya, melainkan cacian serta omongan-omongan ngelantur dan tidak jelas. Pandangan tampak teler dan badannya biasanya tegap kini menjadi sempoyongan dan tidak stabil.
Sungguh pemandangan yang memalukan! Seharusnya ia malu bersikap begitu! Karena kami masih menumpang pada orang tua. Dasar tidak tahu diri! Kata-kata itulah yang sering kupendam dalam hatiku. Ingin rasanya, aku menghindar dari pertengkaran dengan suamiku. Karena aku merasa malu dengan kedua orang tuaku serta tetanggaku yang letak rumah kami tidaklah berjauhan.
..hingga anakku yang ketiga lahir, sikapnya suamiku tak kunjung berubah. Si pemabuk ini semakin menggila. Penghasilan sebagai sopir tak pernah diserahkannya kepadaku. Uang itu dihabiskannya untuk membeli minuman setan...
Dari waktu ke waktu, hingga anakku yang ketiga, Ani lahir, sikapnya Dani tak kunjung berubah. Si pemabuk ini semakin menggila. Penghasilan sebagai sopir tak pernah diserahkannya kepadaku. Uang itu dihabiskannya untuk membeli minuman setan.
Sikapnya semakin kasar. Pukulan demi pukulan melayang ke tubuhku bila aku tengah mengingatkannya. Tak puas dengan pukulan, terkadang ia gunakan senjata atau barang yang ada di dekatnya. Senjata angin pernah ditodongkan ke arahku. Ini membuatku ketakutan tak terkira. Menggigil seluruh tubuh menahan rasa takut. Karena kutahu, dalam senapan itu memang ada pelurunya.
Kenapa aku begitu ketakutan? Sebelum ia menodongkan senjatanya padaku terlebih dahulu ia menembakkan senapan pinjamannya ini ke arah langit-langit rumah. Cicak-cicak yang berada di atap itu ditembakinya. Tak ada seorang pun yang berani melerainya. Semua larut dalam ketakutan. Jadi walau sebatas ancaman, aku berada dalam ketakutan yang luar biasa. Pernah pula, ia mengancam dengan celurit. Juga senjata-senjata tajam lainnya. Dasar pengecut! Ia hanya berani melawan wanita lemah seperti aku.
Awalnya, aku memang selalu dihantui rasa takut bila berpapasan dengannya. Senantiasa aku mengalah. Apalagi jika ia sedang mabuk. Matanya tidak bisa lagi memandangku sebagai wanita yang pernah dicintainya. Di hadapannya aku hanyalah musuh bebuyutan yang harus dihadangnya. Kelemahanku membuat taringnya semakin muncul untuk membuat keonaran. Hatiku merintih. Iba rasanya melihat ketiga putriku yang seharusnya dimanjakan oleh ayahnya malah akrab dengan suasana tegang.
Aku tidak ingin lagi melihat anakku, Abah serta Emakku larut dalam ketakutan. Aku harus berontak dan bersikap tegas. Dengan memohon kekuatan kepada Allah SWT, agar diberikan kekuatan untuk menceraikannya. Meski hati kecilku masih mencintainya tapi ku tak ingin mengorbankan seisi rumah ini hanya karena rasa cintaku pada Dani. Kuhapus cinta itu. Kubukakan pintu cerai untuknya.
..Sikapnya semakin kasar. Pukulan demi pukulan melayang ketubuhku bila aku tengah mengingatkannya. Tak puas dengan pukulan, terkadang ia gunakan senjata atau barang yang ada di dekatnya. Senjata angin berpeluru pernah ditodongkan ke arahku...
Bagaimana responnya saat kunyatakan permohonan cerai itu? Dia menangis sejadi-jadinya. Dia menyesal perbuatannya dan tidak ingin bercerai denganku. Ternyata macan itu sudah copot taringnya. Dia merayukku agar tidak menceraikannya. Dia tidak mau berpisah denganku dan anak-anak. Semua bujuk rayu tak kuhiraukan. Aku keukeuh terhadap pendirianku. Cerai adalah jalan terbaik. Kami pun akhirnya berpisah.
Enam bulan kemudian, dia merayukku untuk rujuk karena tidak ingin berpisah dengan keluarga. Melihat kesungguhannya untuk kembali kepada keluarga,., aku pun membuka pintu maaf. Kami pun dinikahkan kembali disaksikan keluarga dan kerabat. Sesuai dengan janjinya, pada awalnya dia memang bersikap baik. Seperti Dani yang pertama kukenal. Karena terseret pergaulan yang lama, dia terbawa arus syetan lagi. Dia kembali mabuk-mbukan dan bersikap kasar lagi.
KDRT (kekerasan dalam rumah tangga, red) akrab dengan kami lagi. Aku pun, mengingatkan lagi agar suamiku menghindar dari dunia sesat. Nasehat-nasehat demi nasehat tidak mempan lagi baginya. Aku pun memintanya bercerai lag. Dan, tidak ingin kembali ke dalam pangkuannya.
Banting Tulang Demi Anak...
Di hati kecilku, berat sesungguhnya ditinggal suami. Yang mana aku harus banting tulang mencari nafkah demi ketiga anakku. Tapi bila mengingat tabiatnya yang tak berubah, aku berusaha tegar. Kuserahkan semuanya pada Ilahi. Kuyakin bila aku berusaha, Dia tidak akan menutup mata-Nya. Yang Maha Kuasa tidak akan membiarkan kami kelaparan.
Alhamdulillah, berkat bantuan Emak dan Abah dan juga saudaraku lainnya aku bisa menafkahi anak-anakkuk. Mereka juga mengerti, aku tidak tinggal diam. Aku tetap bekerja sebagai penjahit sandal dan sepatu. Namun, karena upahku teramat minim, aku pun dijinkan oleh Emak dan Abah untuk bekerja ke luar kota. Beberapa kota besar sudah kusinggahi. Anak-anak diurus oleh Emak dan Abah.
..Di hati kecilku, berat sesungguhnya ditinggal suami. Aku harus banting tulang mencari nafkah demi ketiga anakku. Tapi bila mengingat tabiatnya yang tak berubah, aku berusaha tegar. Kuserahkan semuanya pada Ilahi. Kuyakin Yang Maha Kuasa tidak akan membiarkan kami kelaparan...
Sebenarnya, hati ibu mana yang mau meninggalkan buah hati hanya karena uang. Semua itu, kulakukan demi kelangsungan hidup mereka termasuk biaya sekolah. Belasan tahun aku bekerja sebagai pembantu hingga akhirnya kupilih bekerja dilingkungan desaku. Di mana aku bisa pulang ke rumah pada sore atau malam hari saat majikanku pulang bekerja.
Tanpa terasa, anak-anakku beranjak dewasa, kini ketiga putriku telah menikah. Dan, aku telah memiliki 4 orang cucu. Saat mereka menikah, bersyukur bapaknya hadir menjadi walinya anak-anak. Alhamdulillah pula, anak-anaknya masih mau menerima bapaknya pada pesta perkawinan mereka. Hubunganku dengan mantan suami kini baik-baik saja. Kini dia telah menikah lagi. Yang membuatku bahagia, mantanku itu, telah kembali ke jalan yang benar. Dan, bekerja sebagai petugas keamanan pada sebuah perumahan elit.
Meski dia sudah menikah lagi. Ini tidak membuat iri hati, Dan tidak ada keinginan untuk merebut hatinya. Aku tidak ingin merusak rumah tangga suamiku. Aku pun tidak ingin menikah dengan laki-laki lain. Aku merasa trauma dengan kejadian masa laluku. Lagipula, aku sudah merasa tua. Aku merasa bersyukur dan bahagia dengan kehadiran cucuku yang lucu. Meski kini profesiku masih sebagai pembantu, aku masih bisa membagi waktuku untuk mengurus cucu serta Emak dan Abah yang kini berusia senja dan kerap sakit-sakitan.
Api Melahap Seluruh Harta Bendaku...
Meski hidupku senantiasa dalam ketidakcukupan, aku selalu berusaha untuk mensyukurinya karena ini semua sudah merupakan takdir bagiku. Aku menerimanya dengan ikhlas. Namun keikhlasan itu belumlah cukup. Ternyata Allah memberi cobaan lain yang sangat berat kurasakan.
Di keheningan malam, di tengah lelapnya tidur, tiba-tiba kami dikejutkan oleh orang-orang yang tinggal di sekeliling kami. “Kebakaran, kebakaran, Bi Alia, Emak, Abah, semua keluar rumah,” yang sempat kudengar teriakan tetanggaku. Duh, jantung seperti mau copot. Sekujur tubuhku lemas. Benar saja, pandangan kami kabur. Asap dan api sudah mengelilingi kami. Meski lemas, kuajak cucu, anak-anak, dan menantu. Masing-masing kami menerobos api yang bersyukur belum membesar. Sehingga kami bisa menyelamatkan diri.
..aku selalu berusaha untuk mensyukurinya karena ini semua sudah merupakan takdir bagiku. Ternyata Allah memberi cobaan lain yang sangat berat kurasakan. Tengah malam, kebakaran menghabiskan rumah dan seluruh isinya. Hanya baju yang kami kenakan yang luput dari jangkauan api...
“Astagfirullah, ketika sudah ada di luar rumah yang mana masyarakat sudah berkerumun di depan rumah, kami baru ngeuh kalau Abah masih tertinggal di dalam rumah. “Abah, Abah, cepat keluar rumah!” kami semua berteriak histeris. Rupanya Abah tengah terlelap dalam tidurnya. Dia tidak menyadari apa yang sedang terjadi Lalu warga rame-rame menerobos rumah dan membopong Abah. Sambil menangis Abah kami peluk-peluk erat. “Alhamdulillah, kuabsen satu persatu anggota keluargaku, semua lengkap bisa keluar rumah dalam kondisi selamat.”
Tetapi, doaku sambil berteriak histeris “Ya Allah! Selamatkan rumah kami! Cuma inilah rumah kami satu-satunya! Kumohon padamu ya Allah!” Sesekali aku bersujud memohon kebesaran-Nya. Namun, Allah berkehendak lain, api itu semakin membesar dan melebar. Apinya semakin lapar melahap apa saja yang ada didekatnya. Lidahnya menjilat dengan lincahnya. Pupus sudah harapan kami untuk menyelamatkan harta kami satu-satunya. Padahal keluarga, masyarakat sekitar, serta pemadam kebakaran begitu gigihnya memadamkan si jago merah.
Ternyata kami kalah gagahnya dengan api ini. Dia semakin galak. Warga sekitar pun larut dalam ketegangan. Mereka pun, khawatir api ini loncat ke rumah mereka. Karena rumah kami sangatlah berdekatan. Semakin lama aku semakin tidak bisa berbuat apa-apa. Teriakanku hanya cukup dalam hati. Tengah malam, api baru berhasil dipadamkan. Namun, api itu sudah menghabiskan rumah dan seluruh isinya. Tak ada barang yang bisa diselamatkan. Hanya baju yang kami kenakan yang luput dari jangkauan api
Sebagai orang beriman, seharusnya aku bersyukur, keluargaku masih utuh. Secara fisik kami tidak ada yang terluka. Orang-orang di sekitar kami selalu mengingatkan hal itu. Tapi, aku tetap saja merasa tidak rela kehilangan rumah dan benda yang hasil kerja kami.. Hatiku terluka. Ini yang membuatku sakit hingga berminggu-minggu. Depresi berkepanjangan. Hari-hariku dipenuhi dengan lamunan.
Masyarakat dan keluarga tak bosan-bosannya memberi spirit kepada keluarga. Pemerintah setempat memberikan bantuan bahan-bahan bangunan. Warga bergotong-royong membangun rumahku. Sementara kami tinggal di madrasah yang kebetulan posisinya di depan rumah. Bantuan demi bantuan terus berdatangan hingga orang-orang yang tidak kami kenal sekali pun. Subhanallah! Inilah kebesaran-Mu ya Allah. Mata hatiku mulai terbuka. Begitu banyak orang yang membantuku dengan ikhlasnya. Inilah yang membuatku menyadari kesalahanku. Aku terharu melihat kebaikan mereka. Disinilah, tampak kebersamaan kami.
Rasanya tak sabar aku ingin melihat rumahku berdiri kembali. Dan, setelah jadi, alhamdulillah, rumahku jauh lebih bagus dan kuat dibanding dengan rumahku yang dulu. Rumahku sekarang, disekat-sekat menjadi 3 bagian. Bagian pertama diperuntukkan bagiku, Ani, dan kedua orang tuaku. Yang lainnya, untuk juga kedua anakku yang telah berumah tangga. Si bungsu Ani, waktu itu belum menikah. Sehingga kami bisa berkumpul tetapi privasi menantu dan anakku tetap terjaga. Sedikit banyak merek jadi lebih mandiri “Terima kasih ya Allah atas segala kebesaran-Mu ini,” tak bosan-bosannya aku bersyukur.
Hingga kini, meski usiaku hampir mendekati 50 tahun, aku tetap bekerja sebagai pembantu rumah tangga hingga siang hari. Sisa waktu aku menyempatkan diri untuk mengurus rumah serta kedua orang tua. Mereka sekarang sudah sangat sepuh. Emak usianya sekitar tujuh puluhan tahun. Sementara Abah, delapan puluhan tahun. Meski lelah, aku bersyukur karena diberi kesempatan untuk mengabdi kepada orang tuaku. Subhanallah!
“Maka mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah dan mereka juga tidak menjadi lesu (patah semangat) serta tidak menyerah (kepada musuh), dan Allah sangat menyukai orang-orang yang sabar” (Ali ‘Imran 146).
“Dan kami telah menguji mereka dengan kebaikan (kenikmatan) dan kejelekan (bencana) agar mereka mau kembali (ke jalan yang benar)” (Al-A’raf 168).
persediaan..
Dua pemuda berbicara tentang masa depan. Pemuda A dan Pemuda B.
A: Aku ada plan mantap untuk 10 tahun akan datang. Dalam masa 10 tahun, aku dah kerja. Nak kumpul duit, nak sambung belajar. Kena ada kereta. Ada rezeki aku nak cari calon isteri. Kasi mak bapak aku happy. Penat mereka besarkan aku. Then aku nak ada syarikat, at least aku boleh la bersara dengan hati senang nanti. Tanah ada, kalau sakit pun ada back up plan. Haa amacam plan aku? Mantap kan?
B: Ooo... (sambil tersenyum)
A: Eh, kau cerita la plan kau macam mana?
B: Aku takde plan untuk 10 tahun akan datang.
A: Eh, kau ni biar betul? Kita lelaki kena la ada plan. Kita kan bakal pemimpin keluarga. Nak tanggung anak bini, balas jasa mak bapak. Kau jangan nak macam-macam bro. Jangan malukan kaum,.. Hehe. So takkan takde plan langsung?
B: Hmm, untuk 10 tahun akan datang takde. Tapi aku ada plan lain.
A: Ha, itu dia. Aku dah agak dah, kawan aku sorang ni takde la bengap sampai tak fikir masa depan ye dak? Cerita la bro, mana la tau kita boleh jadi business partner nanti? Cerita la.
B: Plan aku untuk 10 000 tahun akan datang dalam kubur, tapi pelaksanaan plan itu adalah mulai sekarang. Apa yang malaikat nak tanya aku nanti - semuanya ditentukan oleh semua yang aku buat sekarang.
***
Kisah ini di 'alter' dari perkongsian semalam bagi memudahkan pemahaman.
Terfikir pula, apa plan aku nanti?
Kalau masih hidup, ada masalah boleh minta tolong orang lain.
Kalau dah mati?
Artikel ini bukan sekadar renungan.
Saya manusia, anda juga manusia.
Saya akan mati, anda juga akan mati.
All human beings must die.
I am a human. You are a human.
So you and I must die.
Manusia yang lalai akan merasakan kematian itu jauh darinya.
Dan mereka juga merasakan mustahil esok mereka sudah tiada.
Malah apabila masih hidup keesokan harinya, mereka berbangga dengan anggapan itu.
Seolah-olah terbukti benar.
Rata-rata manusia akan berang bila diingatkan tentang kematian.
Seolah-olah masih lama lagi untuk hidup.
Jujur, saya dulu juga begitu.
Tapi ingat!
Mati itu tiga sifatnya.
Pasti, ghaib dan tiba-tiba.
Artikel ini bukan untuk mendoakan kematian sesiapa.
Tidak!
Malah setiap kematian yang berlaku wajar diambil ibrah.
Tapi sayang,
Ramai yang menyangka kematian itu pengakhiran segalanya.
Sebenarnya kematian itu satu permulaan.
Permulaan kepada sesuatu yang abadi.
Bukankah kita tahu,
Hidup ini hanyalah senda gurau dan permainan?
Jadi fikirkan kembali,
Masih mahu marahkah kita apabila diingatkan tentang kematian?
Atau
Adakah hanya mahu ingat apabila diingatkan?
Andai syurga itu tidak cukup menggiurkan;
Apakah neraka tidak cukup menakutkan?
Istighfar...
Jadi bagi yang membaca [mungkin ada, mungkin tak ada]
Kalau ada yang terasa, itu petanda yang baik.
Maksudnya, anda masih kisah tentang akhirat.
Cuma mungkin taufiq [kekuatan untuk melaksanakan] masih belum ada.
Mohonlah pada Allah tanpa putus asa.
"Because your journey ends when you give up."
Bila berbicara hal akhirat, ramai orang menyangka dunia akan terabai.
Maaf, itu bukan ajaran Islam.
Islam mengajar bahawa andainya mahukan akhirat, perlu memanfaatkan dunia.
Memanfaatkan dari segi: Melakukan perintah-Nya, menjauhi larangan-Nya.
Ilmu perlu dituntut, kekayaan perlu dicari dan seterusnya - diinfakkan.
Tapi semua itu perlu dilakukan kerana-Nya, bukan kerana dunia.
Kerana yang mengiringi jenazah hanya 3 perkara :-
1. Harta yang diinfakkan [didermakan untuk kebajikan]
2. Ilmu yang dimanfaatkan.
3. Doa anak yang soleh.
Jadi, sudah bersediakah kita?
Atau,
Mahu tunggu Izrail datang memanggil?
Maaf, waktu itu sudah terlambat.
Why wait when you can do it now?
Tak perlu drastik, cuba mulakan dengan yang wajib.
Contoh : solat - yang paling diringankan, namun paling berat hisabnya.
Kalau dah cukup 5 waktu, cuba solat di awal waktu pula.
Lagi bagus, berjemaah.
Kalau dah buat semua tu, cuba amalkan solat sunat pula.
Kalau dah buat, cuba amalkan baca Quran beserta tafsir pula.
Kemudian berbuat baik sesama manusia, jaga hablumminannas.
Kalau macam masih susah, cuba untuk berlapang dada.
Berbuat baik kepada ibu bapa [ini saya juga perlu baiki, doakan]
Berbuat baik kepada kakak, adik [maaf family saya semua perempuan kecuali ayah]
Kalau semua di atas masih lagi susah, utamakan solat.
Itulah pengikat kita dengan Allah SWT.
Mohon pada Allah agar dilembutkan hati.
There is always room for improvement, yes?
Tipu sungguh kalau kita kata tiada.
'Mustahil' itu terjadi apabila
- Tak pernah dilakukan
- Tak biasa dilakukan
- Pelik apabila dilakukan
- Tak mahu dilakukan
Jangan pening. Buat sahaja. Usah peduli kata orang. Yang penting, Allah kan tahu?
Biarlah mungkin usahamu tampak kecil di mata orang. Mungkin juga dipandang remeh, atau disalah sangka.
Sentiasa ingat :-
Abdullah Ibnu Mubarak ra berkata,
"Betapa banyak amalan kecil menjadi besar kerana niat (yang ikhlas), dan betapa banyak amalan besar menjadi kecil kerana niat (yang tidak ikhlas)."
Untuk membuat satu revolusi pada diri bukan perkara mudah - anda akan tahu kalau anda juga sedang mencuba.
Selalu akan ada perkara yang buat kita seolah-olah pulang kepada state sebelum berubah.
Tapi saya teringat kata-kata kakak saya;
"Marah itu mudah, sabar itu terlalu indah"
Kalau nak tahu betapa indahnya sabar itu, cuba bersabar.
Dan bersabar bukan kerana tidak mahu dipandang sebagai pemarah;
Tetapi bersabar kerana Allah.
Kerana takut azab Allah.
Kerana Allah suka orang yang penyabar.
Kerana Allah benci orang yang pemarah.
Sentiasa ada aim untuk buat lebih baik dari semalam.
Dan esok lebih baik dari hari ini [insha Allah, amin]
Kalau terasa ada tersilap langkah, segera mohon ampun-Nya.
Allah itu kan Maha Pengampun.
Mari bersiap sedia!
A: Aku ada plan mantap untuk 10 tahun akan datang. Dalam masa 10 tahun, aku dah kerja. Nak kumpul duit, nak sambung belajar. Kena ada kereta. Ada rezeki aku nak cari calon isteri. Kasi mak bapak aku happy. Penat mereka besarkan aku. Then aku nak ada syarikat, at least aku boleh la bersara dengan hati senang nanti. Tanah ada, kalau sakit pun ada back up plan. Haa amacam plan aku? Mantap kan?
B: Ooo... (sambil tersenyum)
A: Eh, kau cerita la plan kau macam mana?
B: Aku takde plan untuk 10 tahun akan datang.
A: Eh, kau ni biar betul? Kita lelaki kena la ada plan. Kita kan bakal pemimpin keluarga. Nak tanggung anak bini, balas jasa mak bapak. Kau jangan nak macam-macam bro. Jangan malukan kaum,.. Hehe. So takkan takde plan langsung?
B: Hmm, untuk 10 tahun akan datang takde. Tapi aku ada plan lain.
A: Ha, itu dia. Aku dah agak dah, kawan aku sorang ni takde la bengap sampai tak fikir masa depan ye dak? Cerita la bro, mana la tau kita boleh jadi business partner nanti? Cerita la.
B: Plan aku untuk 10 000 tahun akan datang dalam kubur, tapi pelaksanaan plan itu adalah mulai sekarang. Apa yang malaikat nak tanya aku nanti - semuanya ditentukan oleh semua yang aku buat sekarang.
***
Kisah ini di 'alter' dari perkongsian semalam bagi memudahkan pemahaman.
Terfikir pula, apa plan aku nanti?
Kalau masih hidup, ada masalah boleh minta tolong orang lain.
Kalau dah mati?
Artikel ini bukan sekadar renungan.
Saya manusia, anda juga manusia.
Saya akan mati, anda juga akan mati.
All human beings must die.
I am a human. You are a human.
So you and I must die.
Manusia yang lalai akan merasakan kematian itu jauh darinya.
Dan mereka juga merasakan mustahil esok mereka sudah tiada.
Malah apabila masih hidup keesokan harinya, mereka berbangga dengan anggapan itu.
Seolah-olah terbukti benar.
Rata-rata manusia akan berang bila diingatkan tentang kematian.
Seolah-olah masih lama lagi untuk hidup.
Jujur, saya dulu juga begitu.
Tapi ingat!
Mati itu tiga sifatnya.
Pasti, ghaib dan tiba-tiba.
Artikel ini bukan untuk mendoakan kematian sesiapa.
Tidak!
Malah setiap kematian yang berlaku wajar diambil ibrah.
Tapi sayang,
Ramai yang menyangka kematian itu pengakhiran segalanya.
Sebenarnya kematian itu satu permulaan.
Permulaan kepada sesuatu yang abadi.
Bukankah kita tahu,
Hidup ini hanyalah senda gurau dan permainan?
Jadi fikirkan kembali,
Masih mahu marahkah kita apabila diingatkan tentang kematian?
Atau
Adakah hanya mahu ingat apabila diingatkan?
Andai syurga itu tidak cukup menggiurkan;
Apakah neraka tidak cukup menakutkan?
Istighfar...
Jadi bagi yang membaca [mungkin ada, mungkin tak ada]
Kalau ada yang terasa, itu petanda yang baik.
Maksudnya, anda masih kisah tentang akhirat.
Cuma mungkin taufiq [kekuatan untuk melaksanakan] masih belum ada.
Mohonlah pada Allah tanpa putus asa.
"Because your journey ends when you give up."
Bila berbicara hal akhirat, ramai orang menyangka dunia akan terabai.
Maaf, itu bukan ajaran Islam.
Islam mengajar bahawa andainya mahukan akhirat, perlu memanfaatkan dunia.
Memanfaatkan dari segi: Melakukan perintah-Nya, menjauhi larangan-Nya.
Ilmu perlu dituntut, kekayaan perlu dicari dan seterusnya - diinfakkan.
Tapi semua itu perlu dilakukan kerana-Nya, bukan kerana dunia.
Kerana yang mengiringi jenazah hanya 3 perkara :-
1. Harta yang diinfakkan [didermakan untuk kebajikan]
2. Ilmu yang dimanfaatkan.
3. Doa anak yang soleh.
Jadi, sudah bersediakah kita?
Atau,
Mahu tunggu Izrail datang memanggil?
Maaf, waktu itu sudah terlambat.
Why wait when you can do it now?
Tak perlu drastik, cuba mulakan dengan yang wajib.
Contoh : solat - yang paling diringankan, namun paling berat hisabnya.
Kalau dah cukup 5 waktu, cuba solat di awal waktu pula.
Lagi bagus, berjemaah.
Kalau dah buat semua tu, cuba amalkan solat sunat pula.
Kalau dah buat, cuba amalkan baca Quran beserta tafsir pula.
Kemudian berbuat baik sesama manusia, jaga hablumminannas.
Kalau macam masih susah, cuba untuk berlapang dada.
Berbuat baik kepada ibu bapa [ini saya juga perlu baiki, doakan]
Berbuat baik kepada kakak, adik [maaf family saya semua perempuan kecuali ayah]
Kalau semua di atas masih lagi susah, utamakan solat.
Itulah pengikat kita dengan Allah SWT.
Mohon pada Allah agar dilembutkan hati.
There is always room for improvement, yes?
Tipu sungguh kalau kita kata tiada.
'Mustahil' itu terjadi apabila
- Tak pernah dilakukan
- Tak biasa dilakukan
- Pelik apabila dilakukan
- Tak mahu dilakukan
Jangan pening. Buat sahaja. Usah peduli kata orang. Yang penting, Allah kan tahu?
Biarlah mungkin usahamu tampak kecil di mata orang. Mungkin juga dipandang remeh, atau disalah sangka.
Sentiasa ingat :-
Abdullah Ibnu Mubarak ra berkata,
"Betapa banyak amalan kecil menjadi besar kerana niat (yang ikhlas), dan betapa banyak amalan besar menjadi kecil kerana niat (yang tidak ikhlas)."
Untuk membuat satu revolusi pada diri bukan perkara mudah - anda akan tahu kalau anda juga sedang mencuba.
Selalu akan ada perkara yang buat kita seolah-olah pulang kepada state sebelum berubah.
Tapi saya teringat kata-kata kakak saya;
"Marah itu mudah, sabar itu terlalu indah"
Kalau nak tahu betapa indahnya sabar itu, cuba bersabar.
Dan bersabar bukan kerana tidak mahu dipandang sebagai pemarah;
Tetapi bersabar kerana Allah.
Kerana takut azab Allah.
Kerana Allah suka orang yang penyabar.
Kerana Allah benci orang yang pemarah.
Sentiasa ada aim untuk buat lebih baik dari semalam.
Dan esok lebih baik dari hari ini [insha Allah, amin]
Kalau terasa ada tersilap langkah, segera mohon ampun-Nya.
Allah itu kan Maha Pengampun.
Mari bersiap sedia!
Kasih Sayang Yang Terlihat
Kasih sayang Allah sangat luas jika hendak dibandingkan kasih sayang sesama makhluk-Nya. Namun kasih sayang yang dikurniakan kepada kita wajar kita syukuri. Di sini saya ingin berkongsi cerita yang mungkin ada persamaan dengan kehidupan kita sebagai hamba Allah yang lemah.
Adik saya membela seekor kucing yang sangat comel. Kami tujuh beradik sememangnya sangat sayang akan kucing. Sifat kami mengikut jejak langkah arwah Abah yang sangat sayangkan kucing. Kalau Abah jumpa kucing di tepi jalan mesti dia berhenti dan cium kucing tersebut. Kami dididik sayangkan kucing kerana Abah pesan kucing adalah haiwan kesayangan Nabi Muhammad.
Adik saya memberi nama kucingnya dengan nama Memey. Nasib kucing tersebut sama seperti anak terbuang, tanpa ayah dan ibu kerana adik mengutip Memey di dalam sebuah longkang. Atas rasa simpati adik membawa kucing tersebut pulang dan menjaganya sehingga dewasa.
Walaupun saya jarang pulang ke rumah kerana tinggal jauh dari keluarga namun sedikit sebanyak saya tahu perkembangan Memey. Dipendekkan cerita, pada suatu hari Memey melahirkan seekor anak namun anaknya hilang mungkin dibawa lari oleh kucing lain.
Memey berasa sedih dan sering memanggil-manggil anaknya. Namun kesedihannya hanya sementara dan dia meneruskan kehidupannya seperti biasa hinggalah pada suatu hari Memey melahirkan 3 ekor lagi anaknya.
Apa yang mengejutkn kami, Memey sememang sayangkan anaknya sama seperti manusia namun dia tidak pandai menjaga anaknya seperti ibu kucing yang lain. Memey tidak pandai menggonggong anaknya dan ada lagi perkara lain yang kami nampak janggal.
Kesimpulannya, kami beranggapan mungkin kerana dia pernah hidup terbuang tanpa kasih sayang ibu dan tanpa sentuhan ibu maka dia juga tidak pandai untuk menunjukkan kasih sayangnya pada anaknya.
Kisah ini mungkin nampak seperti tiada apa-apa yang menarik namun pada saya ia boleh dijadikan iktibar pada kita yang mempunyai akal untuk berfikir. Terutama ibu dan bapa dan yang bakal bergelar ibu. Berilah kasing sayang yang sewajarnya kepada anak masing-masing agar mereka tahu untuk membalasnya.
Berilah mereka kasih sayang sepenuhnya agar mereka sedar ada insan yang menyayangi mereka. Tunjukkanlah kasih sayang dan didiklah mereka seperti yang sepatutnya agar mereka rasa disayangi.
Tanpa kita sedar, gejala sosial yang berlaku pada masa kini juga akibat daripada kurangnya kasih sayang dan didikan. Saya teramat takut dengan apa yang berlaku sekarang. Moga-moga kita sama-sama mengambil iktibar dan pengajaran untuk semua ini.
Andainya setelah kita beri sepenuh kasih sayang dan didikan yang sempurna namun keadaan tidak diingi tetap jua berlaku maka janganlah anda sebagai ibu bapa terus menghukum, teruskan berdoa dan banyakkan doa agar anak diberi petunjuk.
Sesungguhnya Allah itu Maha Mendengar dan jangan lah kita tergolong dalam hamba-hamba-Nya yang berputus asa.
Dalam al-Quran ada mengatakan: Kalianlah yang menjadi anak kalian sama ada Majusi atau Nasrani..
Coraklah kehidupan anak-anak dengan warna yang betul.
Adik saya membela seekor kucing yang sangat comel. Kami tujuh beradik sememangnya sangat sayang akan kucing. Sifat kami mengikut jejak langkah arwah Abah yang sangat sayangkan kucing. Kalau Abah jumpa kucing di tepi jalan mesti dia berhenti dan cium kucing tersebut. Kami dididik sayangkan kucing kerana Abah pesan kucing adalah haiwan kesayangan Nabi Muhammad.
Adik saya memberi nama kucingnya dengan nama Memey. Nasib kucing tersebut sama seperti anak terbuang, tanpa ayah dan ibu kerana adik mengutip Memey di dalam sebuah longkang. Atas rasa simpati adik membawa kucing tersebut pulang dan menjaganya sehingga dewasa.
Walaupun saya jarang pulang ke rumah kerana tinggal jauh dari keluarga namun sedikit sebanyak saya tahu perkembangan Memey. Dipendekkan cerita, pada suatu hari Memey melahirkan seekor anak namun anaknya hilang mungkin dibawa lari oleh kucing lain.
Memey berasa sedih dan sering memanggil-manggil anaknya. Namun kesedihannya hanya sementara dan dia meneruskan kehidupannya seperti biasa hinggalah pada suatu hari Memey melahirkan 3 ekor lagi anaknya.
Apa yang mengejutkn kami, Memey sememang sayangkan anaknya sama seperti manusia namun dia tidak pandai menjaga anaknya seperti ibu kucing yang lain. Memey tidak pandai menggonggong anaknya dan ada lagi perkara lain yang kami nampak janggal.
Kesimpulannya, kami beranggapan mungkin kerana dia pernah hidup terbuang tanpa kasih sayang ibu dan tanpa sentuhan ibu maka dia juga tidak pandai untuk menunjukkan kasih sayangnya pada anaknya.
Kisah ini mungkin nampak seperti tiada apa-apa yang menarik namun pada saya ia boleh dijadikan iktibar pada kita yang mempunyai akal untuk berfikir. Terutama ibu dan bapa dan yang bakal bergelar ibu. Berilah kasing sayang yang sewajarnya kepada anak masing-masing agar mereka tahu untuk membalasnya.
Berilah mereka kasih sayang sepenuhnya agar mereka sedar ada insan yang menyayangi mereka. Tunjukkanlah kasih sayang dan didiklah mereka seperti yang sepatutnya agar mereka rasa disayangi.
Tanpa kita sedar, gejala sosial yang berlaku pada masa kini juga akibat daripada kurangnya kasih sayang dan didikan. Saya teramat takut dengan apa yang berlaku sekarang. Moga-moga kita sama-sama mengambil iktibar dan pengajaran untuk semua ini.
Andainya setelah kita beri sepenuh kasih sayang dan didikan yang sempurna namun keadaan tidak diingi tetap jua berlaku maka janganlah anda sebagai ibu bapa terus menghukum, teruskan berdoa dan banyakkan doa agar anak diberi petunjuk.
Sesungguhnya Allah itu Maha Mendengar dan jangan lah kita tergolong dalam hamba-hamba-Nya yang berputus asa.
Dalam al-Quran ada mengatakan: Kalianlah yang menjadi anak kalian sama ada Majusi atau Nasrani..
Coraklah kehidupan anak-anak dengan warna yang betul.
Bagaimana Akhirnya Aku Bertudung Labuh
Aku mengurut-urut keningku perlahan-lahan. Penat. Aku baru sahaja selesai mengulangkaji sebahagian buku subjek Muamalat. Ku tutup buku itu lalu aku bangun dan melangkah keluar dari bilik. Aku menuju ke ruang tamu. Kosong. Di mana semua orang. Akhirnya aku mengambil keputusan untuk keluar menghirup udara petang. Aku segera mencapai sehelai tudung dan menyarungkannya di kepala. Stoking juga ku ambil lalu ku pakai.
Aku melangkahkan kakiku ke luar rumah. Tetapi hasrat untuk berjalan-jalan ku batalkan lalu aku mengambil keputusan untuk naik ke bumbung rumah. Di atas bumbung rumahku ada sebuah bahagian seakan-akan balkoni yang dibina oleh ayahku sebagai tempat istirehat pada waktu-waktu senggang. Ada sebuah meja dan beberapa kerusi buatan sendiri di situ.
Aku melabuhkan punggung di salah sebuah kerusi yang menghadap ke jalan raya. Angin bertiup sepoi-sepoi bahasa. Tudungku turut terbuai ditiup angin semilir petang. Ada anak-anak kecil yang sedan berkejaran. Ada yang sedang berbasikal dan ada yang sedang bermain badminton. Aku tersenyum melihat anak-anak kecil ini. Indahnya alam kanak-kanak.
Di sudut lain pula ada anak-anak remaja yang sedang berkumpul di atas motosikal masing-masing. Mungkin menunggu waktu yang sesuai untuk merempit. Ada juga anak-anak gadis berpakaian kurang sopan sedang berjalan-jalan. Aku mengeluh. Sebagai seorang gadis, aku turut merasa malu melihat mereka berpakaian seperti itu. Ya, lebih memalukan kerana mereka bertudung. Tudung yang bukan tudung dengan pakaian yang ketat dan sendat.
Aku mengalihkan pandanganku ke tempat lain. Hatiku sayu mengenangkan umat Islam kini yang semakin rapuh imannya. Dan aku? Tidak mampu berbuat apa-apa untuk mengubahnya. Aku bermonolog sendirian. Dahulu, aku juga seperti mereka. Bertudung sekadar syarat. Bagiku, asalkan bertudung itu sudah cukup. Tetapi segala-galanya berubah kerana suatu peristiwa. Aku termenung mengingat kembali peristiwa itu.
************************************************
Kisah itu bermula ketika aku berusia 13 tahun. Aku mula menjejakkan kaki ke alam sekolah menengah. Aku bersekolah di sebuah sekolah menengah agama yang terkemuka di Hulu Langat. Hari pertama persekolahanku, aku berkenalan dengan ramai teman baru dan ada juga teman-teman dari sekolah rendah yang turut menyambung pelajaran di situ sepertiku.
Ingin aku ceritakan betapa indahnya suasana masyarakat di situ. Gadis-gadisnya bertudung labuh dan pemuda-pemudanya segak berkopiah. Suasananya tenang dengan pokok-pokok rendang yang menghijau, kicauan burung dan ikan-ikan yang sedang bermain di kolam. Tetapi, itu adalah perasaan yang ku rasakan kini iaitu saat aku telah menginjak dewasa, saat aku mengenangkannya.
Namun, saat suasana itu sedang ku alami, hatiku remajaku memberontak. Mengapa aku harus bertudung labuh ke sekolah? Hodohnya! Itulah yang ku fikirkan saat itu. Aku gadis bertudung tetapi aku bukan gadis bertudung labuh.
Hari-hari persekolahanku, ku lalui seperti biasa. Aku mula dapat menyesuaikan diri. Sehinggalah pada suatu hari, kami semua dikehendaki hadir ke sekolah pada hari Sabtu untuk membersihkan kelas sempena Pertandingan Keceriaan dan Kebersihan Kelas. Di rumah, aku mula gelisah. Apa yang harus ku pakai untuk ke sekolah??
'Ish, nak pakai apa ni? Takkan nak pakai tudung pendek ni kot?? Malulah!'
Aku benar-benar bingung. Aku tidak mungkin akan hadir ke sekolah dengan tudung pendekku. Aku malu kerana selama ini semua teman-temanku hanya pernah melihatku bertudung labuh sekolahku itu. Pasti mereka akan menganggapku sebagai seorang yang hipokrit. Akhirnya, aku mengambil keputusan untuk meminjam sehelai tudung labuh ibuku. Walaupun ibuku tidak bersekolah agama, tetapi dia bertudung labuh. Mungkin kerana dia mengajar di sekolah agama atau mungkin kerana itu adalah keinginannya sendiri. Aku juga tidak tahu.
'Mak, nak pinjam tudung labuh sehelai'
'Nak buat apa?'
'Esok Along kena pergi sekolah'
'Laa..pakai je la tudung yang Along biasa pakai tu'
'Taknak, Along malulah. Nanti apa pulak kata kawan-kawan Along kalau tengok Along pakai tudung pendek'
'Hah, yelah. Ambillah yang mana Along nak'
Aku segera mengambil sehelai tudung ibuku yang berwarna krim. Hatiku melonjak girang. Bolehlah aku ke sekolah dengan bertudung labuh nanti. Tidak perlulah aku berasa malu dengan teman-temanku lagi.
Esoknya, aku memakai sehelai t-shirt dengan tudung labuh tersebut. Agak lucu kerana tudung itu agak besar denganku. Ah, aku tidak peduli asalkan aku ke sekolah dengan bertudung labuh. Ibuku menghantarku ke sekolah. Saat aku tiba ke sekolah, aku terkedu. Teman-temanku sudah sampai. Ramai. Lelaki dan perempuan semuanya sudah berada di dalam kelas. Tetapi bukan itu yang membuatku terkedu.
'Tengok, kawan-kawan kamu tu tak ada pun yang pakai tudung labuh. Tu lah, mak cakap pakai tudung biasa je kamu takanak dengar. Degil'
Aku hanya mendiamkan diri. Perlahan-lahan aku membuka pintu kereta. Kakiku melangkah lesu keluar dari perut kereta. Terasa seakan-akan semua orang memandangku. Saat itu, aku rasa seperti ingin menangis. Terasa seakan-akan semua orang sedang ketawa melihatku.
Mataku liar memandang sekeliling. Ya, ada yang turut berpakaian sepertiku. Aku lega. Sekurang-kurangnya aku tidak berseorangan. Tetapi, teman-teman rapatku semuanya bertudung pendek. Dan mereka berlagak seolah-olah tidak mengenaliku. Aku hanya melangkah lesu masuk ke dalam kelas.
Aku tersenyum mengenangkan kembali kerenahku. Bertudung labuh kerana malu. Ah, naifnya aku saat itu. Aku kembali semula ke zaman persekolahanku.
'Bagusnya kau pakai tudung labuh'
Kata seorang temanku. Lelaki. Aku sekadar mendiamkan diri. Sebetulnya aku malu. Mereka tidak tahu bahawa aku memakainya kerana terpaksa. Kerana malu dan khuatir dikatakan hipokrit.
Sejak saat itu, aku sentiasa memakai tudung albuh apabila perlu ke sekolah pada bukan hari persekolahan. Ya, masih kerana aku malu. Aku tidak ikhlas memakainya. Bahkan aku merasakan aku sangat hodoh memakai tudung labuh. Tetapi aku tetap memaksa diriku untuk bertahan. Ibuku pula kurang memberikan sokongan. Dia tidak kisah samada aku bertudung labuh ataupun tidak. Baginya, cukup sekadar tudungku itu menutup aurat. Labuh menutupi dada. Walaupun ibu bapaku tidak bersekolah agama, mereka amat menitikberatkan ajaran agama dalam keluarga. Aku dilarang sama sekali berpakaian tidak menutup aurat di luar. Walaupun aku bertudung pendek, auratku terjaga. Mungkin kerana tubuhku yang kecil pada masa itu lalu walaupun bertudung pendek, perhiasan wanitaku terjaga.
Suatu hari, aku keluar ke Pekan Kajang bersama kawan-kawanku. Tetapi, kali ini aku bertudung pendek. Ah, aku lebih malu memakai tudung labuh kalau di Kajang. Di situ, orang-orangnya bergaya. Pasti aku akan kelihatan aneh dengan tudung labuh apabila berada dalam kalangan mereka. Malahan aku berbaju ketat dan tudungku silang sehingga nampak perhiasan wanitaku. Aku bersikap berani kerana ibuku dan ayahku tiada di rumah. Mereka hanya akan pulang pada waktu malam.
Aku berpisah dengan kawan-kawanku apabila mahu pulang. Aku pulang dengan menaiki bas. Saat aku masuk ke dalam perut bas, ku lihat hanya tinggal satu tempat duduk di sebelah seorang makcik. Aku segera mengambil tempat. Penat berdiri.
Di pertengahan jalan, makcik yang duduk di sebelahku turun lalu tempatku diambil oleh seorang lelaki muda. Botak. Berpakaian aneh dengan corak tengkorak pada bajunya. Aku mengengsot sedikit lalu memandang kosong ke luar tingkap. Tidak selesa. Tiba-tiba terasa ada tangan seseorang di pinggangku. Aku tersentak tetapi aku tidak segera melatah. Aku menjeling pada pemuda di sebelahku. Matanya tertutup rapat. Sangkaku dia tertidur dan tangannya tidak sengaja menyentuhku. Lalu ku alihkan tangannya dan kembali memandang ke luar tingkap. Tiba-tiba ia berlaku sekali lagi. Kali ini ku rasakan tangan itu bergerak-gerak menandakan kali ini perbuatan itu disengajakan. Pantas aku mengambil begku dan diletakkan di antara aku dengannya. Kalau ikutkan hatiku yang baran, nahas lelaki ini ku kerjakan. Tetapi, keadaan sesak di dalam bas membantutkan niatku. Aku menudukkan tubuhku dan menongkat dagu memandang lagi ke luar. Dan tak ku sangka lelaki tiu berani meletakkan tangannya di bahuku.
'Hoi!!!'
Tanpa perasaan malu aku bangun dan berteriak. Aku tidak peduli dengan mata-mata yang sedang memandangku. Lelaki ini harus ku ajar. Tetapi dia sekadar membatu di tempatnya tanpa sedikit pun terkuit.
'Kau ni apahal?! Jangan nak kurang ajar dengan aku!'
'Apa?? Apa aku buat kat kau??'
Dia memandangku sinis.
'Apa??'
'Kau..kau..urgh, tepilah, aku nak keluar! Pakcik, berhenti! Saya nak turun!'
Aku berteriak kepada pemandu bas agar segera berhenti. Sakit hatiku melihat wajah pemuda itu. Sebelum aku turun, aku memijak kaki pemuda itu sekuat hatiku. Dia terjerit. Puas hatiku.
'Padan muka, jangan nak main-main dengan aku!'
Aku pulang dengan menaiki bas lain selepasnya. Di rumah, apabila ibuku pulang aku menceritakan peristiwa tersebut pada ibuku. Dia memarahiku. Katanya, aku tidak berhati-hati sehingga ada orang yang mengambil kesempatan terhadapku.
Wajahku berkerut apabila mengingati peristiwa hitam itu. Itu pertama kali dalam hidupku peristiwa sedemikian terjadi padaku. Sejak itu, aku jadi trauma untuk menaiki bas. Tetapi, ada peristiwa selepas itu yang telah mengubahku menjadi seperti aku sekarang ini.
Petang itu, aku baru sahaja selesai menghadiri kelas tambahan di sekolah. Kebiasaannya ibuku akan datang mengambilku tetapi petang itu ibuku tidak dapat datang kerana kereta ibuku rosak dan berada di bengkel kereta. Itu bermakna aku harus menaiki bas untuk pulang.
Suasana di Pekan Kajang seperti biasa. Penuh sesak dengan manusia. Aku mula terbayang peristiwa hitam yang pernah terjadi padaku di dalam bas. Mataku meliar mencari bas yang kosong. Aku tidak mahu mengambil risiko menaiki bas yang penuh sesak. Khuatir peristiwa itu akan berulang lagi.
Bas mula bergerak menuju ke destinasi. Aku duduk seorang diri. Begku letakkan di kerusi sebelahku. Sengaja. Aku tidak mahu ada orang duduk di situ. Tiba-tiba..
'Kak, boleh saya duduk kat sini?'
Seorang pemuda berusia dalam lingkungan 20-an menegurku. Aku memandangnya sekilas.
'Suka-suka je panggil aku kakak. Mentang-mentang aku pakai tudung labuh. Tak nampak ke aku bawa beg sekolah ni?'
Aku serba-salah. Aku bimbang peristiwa itu akan berulang lagi. Tanganku perlahan-lahan mengambil beg di sebelah tempat dudukku. Pemuda itu juga kelihatan teragak-agak untuk duduk. Dia sekadar duduk di hujung kerusi. Langsung tidak bersentuh bahu denganku. Aku tersenyum. Lega.
'Sekolah lagi ke?'
Aku tersentak apabila suara lelaki itu menegurku. Aku menoleh dan mengangguk.
'Sekolah agama ke? Kat mana?'
' A'ah, sekolah agama kat Langat'
'Ooh..yeke. Baguslah adik pakai macam ni bila keluar. Jangan pakai tudung labuh kat dalam sekolah je. Orang yang pakai tudung labuh ni, maruahnya terjaga. Bila pakai tudung labuh, orang tak berani mengurat. Hihi..'
Aku terdiam mendengar kata-katanya. Terasa kata-kata itu benar-benar tepat menikan di hatiku.
'Abang turun dulu. Kalau nak tahu, abang ni ex sekolah adik'
Pemuda sopan itu berlalu keluar. Aku menghantar langkahnya dengan pandangan kosong. Sekumpulan anak muda masuk ke dalam perut bas. Bising. Mereka berpakaian serba hitam dengan rambut tercacak berwarna-warni. Aku kembali teringat peristiwa itu. Belum sempat berbuat apa-apa, salah seorang dari mereka mengambil tempat di sebelahku. Tetapi, dia juga seperti pemuda sopan tadi. Sekadar duduk di hujung kerusi. Aku terkesima. Kata-kata pemuda tadi kembali terngiang-ngiang di telingaku. Bayangan peristiwa hitam itu bermain di mindaku. Ya, saat itu aku berpakaian kurang sopan. Tudungku pendek menampakkan perhiasanku. Bajuku ketat dan tidak menutup aurat.
Aku kembali ke alam nyata. Bayangan peristiwa lalu itu hilang dari mindaku. Aku bersyukur kerana diberi peluang untuk berubah. Aku bersyukur kerana diganggu oleh pemuda kurang sopan itu dan aku bersyukur dipertemukan dengan pemuda sopan yang menasihatiku itu. Jika tidak kerana mereka, pasti aku semakin jauh tersesat. Pasti aku akan sentiasa bertudung labuh kerana malu bukan kerana ALLAH.
Sejak peristiwa itu, aku mula mengikhlaskan diri dalam bertudung labuh. Aku tidak lagi memakainya hanya untuk ke sekolah. Aku memakainya di mana-mana sahaja apabila aku keluar dari rumah. Dan segalanya benar, bertudung labuh secara automatik membuatku terjaga. Maruahku terpelihara dan tidak dipermainkan. Tiada orang yang berani menggangguku bahkan dengan bertudung labuh juga, aku jadi lebih berhati-hati dengan sikapku kerana aku tahu ada banyak mata yang memerhati langkahku.
Aku bangun lalu turun ke bawah. Rupa-rupanya adik-adikku keluar bermain di taman. Aku tersenyum melihat adik-adik perempuanku yang turut manis bertudung labuh. Aku ingin mereka menjadi gadis solehah. Kini, aku bertudung labuh kerana ALLAH bukan lagi kerana malu dengan teman-temanku. Walaupun bukan tudung labuh seperti waktu aku bersekolah, ia masih lagi labuh dan menutup auratku. Aku akan sentiasa cuba untuk memperbaiki diriku menjadi gadis yang solehah.
p/s: Kisah ini adalah kisah benar seorang gadis. Kisahnya simple tetapi boleh dijadikan pengajaran untuk semua. Saya gunakan bahasa diri aku agar pembaca mudah untuk memahaminya. Semoga kita diberi peluang untuk berubah seperti gadis ini dan kita sama-sama doakan agar dia istiqamah dengan perubahannya itu. Ameeennn..
Aku melangkahkan kakiku ke luar rumah. Tetapi hasrat untuk berjalan-jalan ku batalkan lalu aku mengambil keputusan untuk naik ke bumbung rumah. Di atas bumbung rumahku ada sebuah bahagian seakan-akan balkoni yang dibina oleh ayahku sebagai tempat istirehat pada waktu-waktu senggang. Ada sebuah meja dan beberapa kerusi buatan sendiri di situ.
Aku melabuhkan punggung di salah sebuah kerusi yang menghadap ke jalan raya. Angin bertiup sepoi-sepoi bahasa. Tudungku turut terbuai ditiup angin semilir petang. Ada anak-anak kecil yang sedan berkejaran. Ada yang sedang berbasikal dan ada yang sedang bermain badminton. Aku tersenyum melihat anak-anak kecil ini. Indahnya alam kanak-kanak.
Di sudut lain pula ada anak-anak remaja yang sedang berkumpul di atas motosikal masing-masing. Mungkin menunggu waktu yang sesuai untuk merempit. Ada juga anak-anak gadis berpakaian kurang sopan sedang berjalan-jalan. Aku mengeluh. Sebagai seorang gadis, aku turut merasa malu melihat mereka berpakaian seperti itu. Ya, lebih memalukan kerana mereka bertudung. Tudung yang bukan tudung dengan pakaian yang ketat dan sendat.
Aku mengalihkan pandanganku ke tempat lain. Hatiku sayu mengenangkan umat Islam kini yang semakin rapuh imannya. Dan aku? Tidak mampu berbuat apa-apa untuk mengubahnya. Aku bermonolog sendirian. Dahulu, aku juga seperti mereka. Bertudung sekadar syarat. Bagiku, asalkan bertudung itu sudah cukup. Tetapi segala-galanya berubah kerana suatu peristiwa. Aku termenung mengingat kembali peristiwa itu.
************************************************
Kisah itu bermula ketika aku berusia 13 tahun. Aku mula menjejakkan kaki ke alam sekolah menengah. Aku bersekolah di sebuah sekolah menengah agama yang terkemuka di Hulu Langat. Hari pertama persekolahanku, aku berkenalan dengan ramai teman baru dan ada juga teman-teman dari sekolah rendah yang turut menyambung pelajaran di situ sepertiku.
Ingin aku ceritakan betapa indahnya suasana masyarakat di situ. Gadis-gadisnya bertudung labuh dan pemuda-pemudanya segak berkopiah. Suasananya tenang dengan pokok-pokok rendang yang menghijau, kicauan burung dan ikan-ikan yang sedang bermain di kolam. Tetapi, itu adalah perasaan yang ku rasakan kini iaitu saat aku telah menginjak dewasa, saat aku mengenangkannya.
Namun, saat suasana itu sedang ku alami, hatiku remajaku memberontak. Mengapa aku harus bertudung labuh ke sekolah? Hodohnya! Itulah yang ku fikirkan saat itu. Aku gadis bertudung tetapi aku bukan gadis bertudung labuh.
Hari-hari persekolahanku, ku lalui seperti biasa. Aku mula dapat menyesuaikan diri. Sehinggalah pada suatu hari, kami semua dikehendaki hadir ke sekolah pada hari Sabtu untuk membersihkan kelas sempena Pertandingan Keceriaan dan Kebersihan Kelas. Di rumah, aku mula gelisah. Apa yang harus ku pakai untuk ke sekolah??
'Ish, nak pakai apa ni? Takkan nak pakai tudung pendek ni kot?? Malulah!'
Aku benar-benar bingung. Aku tidak mungkin akan hadir ke sekolah dengan tudung pendekku. Aku malu kerana selama ini semua teman-temanku hanya pernah melihatku bertudung labuh sekolahku itu. Pasti mereka akan menganggapku sebagai seorang yang hipokrit. Akhirnya, aku mengambil keputusan untuk meminjam sehelai tudung labuh ibuku. Walaupun ibuku tidak bersekolah agama, tetapi dia bertudung labuh. Mungkin kerana dia mengajar di sekolah agama atau mungkin kerana itu adalah keinginannya sendiri. Aku juga tidak tahu.
'Mak, nak pinjam tudung labuh sehelai'
'Nak buat apa?'
'Esok Along kena pergi sekolah'
'Laa..pakai je la tudung yang Along biasa pakai tu'
'Taknak, Along malulah. Nanti apa pulak kata kawan-kawan Along kalau tengok Along pakai tudung pendek'
'Hah, yelah. Ambillah yang mana Along nak'
Aku segera mengambil sehelai tudung ibuku yang berwarna krim. Hatiku melonjak girang. Bolehlah aku ke sekolah dengan bertudung labuh nanti. Tidak perlulah aku berasa malu dengan teman-temanku lagi.
Esoknya, aku memakai sehelai t-shirt dengan tudung labuh tersebut. Agak lucu kerana tudung itu agak besar denganku. Ah, aku tidak peduli asalkan aku ke sekolah dengan bertudung labuh. Ibuku menghantarku ke sekolah. Saat aku tiba ke sekolah, aku terkedu. Teman-temanku sudah sampai. Ramai. Lelaki dan perempuan semuanya sudah berada di dalam kelas. Tetapi bukan itu yang membuatku terkedu.
'Tengok, kawan-kawan kamu tu tak ada pun yang pakai tudung labuh. Tu lah, mak cakap pakai tudung biasa je kamu takanak dengar. Degil'
Aku hanya mendiamkan diri. Perlahan-lahan aku membuka pintu kereta. Kakiku melangkah lesu keluar dari perut kereta. Terasa seakan-akan semua orang memandangku. Saat itu, aku rasa seperti ingin menangis. Terasa seakan-akan semua orang sedang ketawa melihatku.
Mataku liar memandang sekeliling. Ya, ada yang turut berpakaian sepertiku. Aku lega. Sekurang-kurangnya aku tidak berseorangan. Tetapi, teman-teman rapatku semuanya bertudung pendek. Dan mereka berlagak seolah-olah tidak mengenaliku. Aku hanya melangkah lesu masuk ke dalam kelas.
Aku tersenyum mengenangkan kembali kerenahku. Bertudung labuh kerana malu. Ah, naifnya aku saat itu. Aku kembali semula ke zaman persekolahanku.
'Bagusnya kau pakai tudung labuh'
Kata seorang temanku. Lelaki. Aku sekadar mendiamkan diri. Sebetulnya aku malu. Mereka tidak tahu bahawa aku memakainya kerana terpaksa. Kerana malu dan khuatir dikatakan hipokrit.
Sejak saat itu, aku sentiasa memakai tudung albuh apabila perlu ke sekolah pada bukan hari persekolahan. Ya, masih kerana aku malu. Aku tidak ikhlas memakainya. Bahkan aku merasakan aku sangat hodoh memakai tudung labuh. Tetapi aku tetap memaksa diriku untuk bertahan. Ibuku pula kurang memberikan sokongan. Dia tidak kisah samada aku bertudung labuh ataupun tidak. Baginya, cukup sekadar tudungku itu menutup aurat. Labuh menutupi dada. Walaupun ibu bapaku tidak bersekolah agama, mereka amat menitikberatkan ajaran agama dalam keluarga. Aku dilarang sama sekali berpakaian tidak menutup aurat di luar. Walaupun aku bertudung pendek, auratku terjaga. Mungkin kerana tubuhku yang kecil pada masa itu lalu walaupun bertudung pendek, perhiasan wanitaku terjaga.
Suatu hari, aku keluar ke Pekan Kajang bersama kawan-kawanku. Tetapi, kali ini aku bertudung pendek. Ah, aku lebih malu memakai tudung labuh kalau di Kajang. Di situ, orang-orangnya bergaya. Pasti aku akan kelihatan aneh dengan tudung labuh apabila berada dalam kalangan mereka. Malahan aku berbaju ketat dan tudungku silang sehingga nampak perhiasan wanitaku. Aku bersikap berani kerana ibuku dan ayahku tiada di rumah. Mereka hanya akan pulang pada waktu malam.
Aku berpisah dengan kawan-kawanku apabila mahu pulang. Aku pulang dengan menaiki bas. Saat aku masuk ke dalam perut bas, ku lihat hanya tinggal satu tempat duduk di sebelah seorang makcik. Aku segera mengambil tempat. Penat berdiri.
Di pertengahan jalan, makcik yang duduk di sebelahku turun lalu tempatku diambil oleh seorang lelaki muda. Botak. Berpakaian aneh dengan corak tengkorak pada bajunya. Aku mengengsot sedikit lalu memandang kosong ke luar tingkap. Tidak selesa. Tiba-tiba terasa ada tangan seseorang di pinggangku. Aku tersentak tetapi aku tidak segera melatah. Aku menjeling pada pemuda di sebelahku. Matanya tertutup rapat. Sangkaku dia tertidur dan tangannya tidak sengaja menyentuhku. Lalu ku alihkan tangannya dan kembali memandang ke luar tingkap. Tiba-tiba ia berlaku sekali lagi. Kali ini ku rasakan tangan itu bergerak-gerak menandakan kali ini perbuatan itu disengajakan. Pantas aku mengambil begku dan diletakkan di antara aku dengannya. Kalau ikutkan hatiku yang baran, nahas lelaki ini ku kerjakan. Tetapi, keadaan sesak di dalam bas membantutkan niatku. Aku menudukkan tubuhku dan menongkat dagu memandang lagi ke luar. Dan tak ku sangka lelaki tiu berani meletakkan tangannya di bahuku.
'Hoi!!!'
Tanpa perasaan malu aku bangun dan berteriak. Aku tidak peduli dengan mata-mata yang sedang memandangku. Lelaki ini harus ku ajar. Tetapi dia sekadar membatu di tempatnya tanpa sedikit pun terkuit.
'Kau ni apahal?! Jangan nak kurang ajar dengan aku!'
'Apa?? Apa aku buat kat kau??'
Dia memandangku sinis.
'Apa??'
'Kau..kau..urgh, tepilah, aku nak keluar! Pakcik, berhenti! Saya nak turun!'
Aku berteriak kepada pemandu bas agar segera berhenti. Sakit hatiku melihat wajah pemuda itu. Sebelum aku turun, aku memijak kaki pemuda itu sekuat hatiku. Dia terjerit. Puas hatiku.
'Padan muka, jangan nak main-main dengan aku!'
Aku pulang dengan menaiki bas lain selepasnya. Di rumah, apabila ibuku pulang aku menceritakan peristiwa tersebut pada ibuku. Dia memarahiku. Katanya, aku tidak berhati-hati sehingga ada orang yang mengambil kesempatan terhadapku.
Wajahku berkerut apabila mengingati peristiwa hitam itu. Itu pertama kali dalam hidupku peristiwa sedemikian terjadi padaku. Sejak itu, aku jadi trauma untuk menaiki bas. Tetapi, ada peristiwa selepas itu yang telah mengubahku menjadi seperti aku sekarang ini.
Petang itu, aku baru sahaja selesai menghadiri kelas tambahan di sekolah. Kebiasaannya ibuku akan datang mengambilku tetapi petang itu ibuku tidak dapat datang kerana kereta ibuku rosak dan berada di bengkel kereta. Itu bermakna aku harus menaiki bas untuk pulang.
Suasana di Pekan Kajang seperti biasa. Penuh sesak dengan manusia. Aku mula terbayang peristiwa hitam yang pernah terjadi padaku di dalam bas. Mataku meliar mencari bas yang kosong. Aku tidak mahu mengambil risiko menaiki bas yang penuh sesak. Khuatir peristiwa itu akan berulang lagi.
Bas mula bergerak menuju ke destinasi. Aku duduk seorang diri. Begku letakkan di kerusi sebelahku. Sengaja. Aku tidak mahu ada orang duduk di situ. Tiba-tiba..
'Kak, boleh saya duduk kat sini?'
Seorang pemuda berusia dalam lingkungan 20-an menegurku. Aku memandangnya sekilas.
'Suka-suka je panggil aku kakak. Mentang-mentang aku pakai tudung labuh. Tak nampak ke aku bawa beg sekolah ni?'
Aku serba-salah. Aku bimbang peristiwa itu akan berulang lagi. Tanganku perlahan-lahan mengambil beg di sebelah tempat dudukku. Pemuda itu juga kelihatan teragak-agak untuk duduk. Dia sekadar duduk di hujung kerusi. Langsung tidak bersentuh bahu denganku. Aku tersenyum. Lega.
'Sekolah lagi ke?'
Aku tersentak apabila suara lelaki itu menegurku. Aku menoleh dan mengangguk.
'Sekolah agama ke? Kat mana?'
' A'ah, sekolah agama kat Langat'
'Ooh..yeke. Baguslah adik pakai macam ni bila keluar. Jangan pakai tudung labuh kat dalam sekolah je. Orang yang pakai tudung labuh ni, maruahnya terjaga. Bila pakai tudung labuh, orang tak berani mengurat. Hihi..'
Aku terdiam mendengar kata-katanya. Terasa kata-kata itu benar-benar tepat menikan di hatiku.
'Abang turun dulu. Kalau nak tahu, abang ni ex sekolah adik'
Pemuda sopan itu berlalu keluar. Aku menghantar langkahnya dengan pandangan kosong. Sekumpulan anak muda masuk ke dalam perut bas. Bising. Mereka berpakaian serba hitam dengan rambut tercacak berwarna-warni. Aku kembali teringat peristiwa itu. Belum sempat berbuat apa-apa, salah seorang dari mereka mengambil tempat di sebelahku. Tetapi, dia juga seperti pemuda sopan tadi. Sekadar duduk di hujung kerusi. Aku terkesima. Kata-kata pemuda tadi kembali terngiang-ngiang di telingaku. Bayangan peristiwa hitam itu bermain di mindaku. Ya, saat itu aku berpakaian kurang sopan. Tudungku pendek menampakkan perhiasanku. Bajuku ketat dan tidak menutup aurat.
Aku kembali ke alam nyata. Bayangan peristiwa lalu itu hilang dari mindaku. Aku bersyukur kerana diberi peluang untuk berubah. Aku bersyukur kerana diganggu oleh pemuda kurang sopan itu dan aku bersyukur dipertemukan dengan pemuda sopan yang menasihatiku itu. Jika tidak kerana mereka, pasti aku semakin jauh tersesat. Pasti aku akan sentiasa bertudung labuh kerana malu bukan kerana ALLAH.
Sejak peristiwa itu, aku mula mengikhlaskan diri dalam bertudung labuh. Aku tidak lagi memakainya hanya untuk ke sekolah. Aku memakainya di mana-mana sahaja apabila aku keluar dari rumah. Dan segalanya benar, bertudung labuh secara automatik membuatku terjaga. Maruahku terpelihara dan tidak dipermainkan. Tiada orang yang berani menggangguku bahkan dengan bertudung labuh juga, aku jadi lebih berhati-hati dengan sikapku kerana aku tahu ada banyak mata yang memerhati langkahku.
Aku bangun lalu turun ke bawah. Rupa-rupanya adik-adikku keluar bermain di taman. Aku tersenyum melihat adik-adik perempuanku yang turut manis bertudung labuh. Aku ingin mereka menjadi gadis solehah. Kini, aku bertudung labuh kerana ALLAH bukan lagi kerana malu dengan teman-temanku. Walaupun bukan tudung labuh seperti waktu aku bersekolah, ia masih lagi labuh dan menutup auratku. Aku akan sentiasa cuba untuk memperbaiki diriku menjadi gadis yang solehah.
p/s: Kisah ini adalah kisah benar seorang gadis. Kisahnya simple tetapi boleh dijadikan pengajaran untuk semua. Saya gunakan bahasa diri aku agar pembaca mudah untuk memahaminya. Semoga kita diberi peluang untuk berubah seperti gadis ini dan kita sama-sama doakan agar dia istiqamah dengan perubahannya itu. Ameeennn..
Iman Itu Manis
Kelazatan iman (Halawatul Iman) tidak boleh dirasai jika kita tidak memulakan langkah untuk memahami hikmat di sebalik setiap apa yang kita lakukan, mengapa dan bagaimana kita lakukannya.
Kesedaran diri adalah kata awalan terhadap setiap amalan yang kita buat.
Diriwayatkan daripada Anas bin Malik, Rasulullah SAW bersabda bermaksud: "Ada tiga hal, yang jika tiga hal itu ada pada seseorang, maka dia akan berasakan manisnya iman. (Iaitu) Allah dan Rasul-Nya lebih dia cintai daripada selain keduanya; mencintai seseorang, dia tidak mencintainya kecuali kerana Allah; benci untuk kembali kepada kekufuran selepas Allah menyelamatkan darinya, seperti bencinya jika dicampakkan ke dalam api." (Muttafaq alaih)
Anas berkata, "Aku melayani Rasulullah SAW selama sepuluh tahun, Baginda tidak pernah memukulku, tidak pernah mencelaku dan tidak pernah bermuka masam di hadapanku. Rasulullah SAW mendoakan Anas dikurnia harta dan anak yang ramai dan doa Baginda dikabulkan Allah.
Makna hadis ini, ada tiga sifat yang jika ada pada seseorang maka orang itu akan berasakan manisnya iman. Manisnya iman adalah rasa nikmat ketika melakukan ketaatan kepada Allah, ketenangan jiwa, kesenangan hati dan lapangnya dada.
Al-Imam Ibnu Hajar al-Asqalani berkata, "Syaikh Abu Muhammad bin Abu Hamzah berkata:
Pengungkapan dengan lafaz 'manis' kerana Allah mengumpamakan iman seperti pohon, seperti di dalam firman-Nya bermaksud:
"Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik." (Surah Ibrahim, ayat 24)
Kalimat yang baik adalah kalimat ikhlas, kalimat tauhid, sedangkan pohon adalah pokok daripada keimanan, cabangnya adalah menjalankan perintah dan menjauhi larangan,daun-daunnya adalah segala amal kebaikan yang harus diperhatikan seorang mukmin,dan buahnya adalah segala macam bentuk ketaatan.
Manisnya buah ketika buah sudah matang,dan puncak daripada rasa manis itu adalah apabila buah telah benar-benar masak. Maka ketika itulah akan terasa manisnya buah itu.Mencintai Allah mestilah melebihi cintanya kepada orang lain seperti orang tua, anak, diri sendiri dan sesiapa saja yang dekat dengan kita. Beriman kepada Allah memiliki rasa manis yang tidak mungkin dinikmati, kecuali oleh orang yang beriman dengan sebenar-benar keimanan, penuh keikhlasan dan ilmu.
Oleh kerana itu, tidak semua orang yang mengatakan dirinya Muslim atau mukmin secara automatik dapat berasakan manisnya iman. Iman bukan cukup hanya dengan angan-angan, tetapi wajib dimantapkan dalam hati, dikuatkan dengan perkataan dan perbuatan yang dijiwai sepenuh hati. Kata kunci segala permasalahan ini adalah ikhlas.
Mengikut Imam Ibnul Qayyim, antara perbuatan untuk memperoleh kecintaan Allah dan kemanisan iman, selepas melakukan ibadat wajib:
l Membaca al-Quran dengan merenungkan dan memahami maknanya.
l Mendekatkan diri kepada Allah dengan melakukan amalan sunat.
l Terus menerus berzikir kepada Allah dalam setiap tindak tanduk kehidupan dengan hati, lisan atau perbuatan.
l Mendahulukan apa yang dicintai Allah daripada apa yang dicintai diri sendiri.
l Berkawan dengan orang yang jujur mencintai Allah dan orang soleh
l Menjauhi segala perkara yang dapat menghalangi pautan hati dengan Allah.
Mencintai Rasulullah SAW yang menyusul selepas mencintai Allah adalah ciri terpenting yang harus dimiliki sesiapa saja yang ingin berasakan kelazatan iman. Cinta Allah dan Rasul-Nya adalah kayu ukur bagi kecintaan terhadap diri sendiri, orang tua, anak dan seluruh manusia.
Suatu ketika Saidina Umar berkata kepada Nabi SAW: "Wahai Rasulullah, sungguh engkau lebih aku cintai daripada segala sesuatu apa pun, kecuali diriku." Maka Nabi SAW menjawab, "Bukan begitu, demi zat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sehingga aku lebih engkau cintai daripada dirimu sendiri." Maka Umar menjawab, "Demi Allah, sesungguhnya engkau sekarang lebih aku cintai daripada diriku sendiri." Maka Nabi SAW menjawab, "Sekarang Umar, (telah sempurna imanmu)."
Anas juga meriwayatkan daripada Rasulullah SAW, beliau bersabda yang bermaksud: "Tidak beriman salah seorang di antara kalian, sehingga aku lebih dia cintai daripada orang tuanya, anaknya dan seluruh manusia."
Mencintai seseorang kerana Allah maksudnya menjaga hubungan kasih sayang antara seorang Muslim dengan saudaranya atas landasan iman kepada Allah SWT dan amal soleh.
Kita mencintai saudara kita bukan kerana keuntungan kebendaan atau harta, kita membencinya atau menjauhinya bukan kerana kemiskinan atau tidak memperoleh manfaat dunia darinya. Ukuran cinta kita kepadanya adalah atas dasar iman dan amal
Saling mencintai kerana Allah mempunyai hak yang harus ditunaikan antaranya membantu memenuhi keperluan saudaranya dan menolong pada saat dia memerlukan bantuan, tidak membuka aib, tidak membenci, tidak iri dan dengki terhadap nikmat yang diberikan Allah kepada saudara kita.
Sentiasa mendoakan saudara kita tanpa pengetahuannya dan mengucapkan salam jika bertemu, bertanya khabar keadaannya, tidak sombong dan tinggi diri. Jalinan seorang Muslim dengan Muslim lain dibangun atas landasan cinta kepada Allah.
Imam al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan sabda Baginda mengenai tujuh golongan yang akan dinaungi Allah antaranya: "Dua orang yang saling mencintai kerana Allah, berkumpul kerana-Nya dan berpisah kerana-Nya."
Kesedaran diri adalah kata awalan terhadap setiap amalan yang kita buat.
Diriwayatkan daripada Anas bin Malik, Rasulullah SAW bersabda bermaksud: "Ada tiga hal, yang jika tiga hal itu ada pada seseorang, maka dia akan berasakan manisnya iman. (Iaitu) Allah dan Rasul-Nya lebih dia cintai daripada selain keduanya; mencintai seseorang, dia tidak mencintainya kecuali kerana Allah; benci untuk kembali kepada kekufuran selepas Allah menyelamatkan darinya, seperti bencinya jika dicampakkan ke dalam api." (Muttafaq alaih)
Anas berkata, "Aku melayani Rasulullah SAW selama sepuluh tahun, Baginda tidak pernah memukulku, tidak pernah mencelaku dan tidak pernah bermuka masam di hadapanku. Rasulullah SAW mendoakan Anas dikurnia harta dan anak yang ramai dan doa Baginda dikabulkan Allah.
Makna hadis ini, ada tiga sifat yang jika ada pada seseorang maka orang itu akan berasakan manisnya iman. Manisnya iman adalah rasa nikmat ketika melakukan ketaatan kepada Allah, ketenangan jiwa, kesenangan hati dan lapangnya dada.
Al-Imam Ibnu Hajar al-Asqalani berkata, "Syaikh Abu Muhammad bin Abu Hamzah berkata:
Pengungkapan dengan lafaz 'manis' kerana Allah mengumpamakan iman seperti pohon, seperti di dalam firman-Nya bermaksud:
"Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik." (Surah Ibrahim, ayat 24)
Kalimat yang baik adalah kalimat ikhlas, kalimat tauhid, sedangkan pohon adalah pokok daripada keimanan, cabangnya adalah menjalankan perintah dan menjauhi larangan,daun-daunnya adalah segala amal kebaikan yang harus diperhatikan seorang mukmin,dan buahnya adalah segala macam bentuk ketaatan.
Manisnya buah ketika buah sudah matang,dan puncak daripada rasa manis itu adalah apabila buah telah benar-benar masak. Maka ketika itulah akan terasa manisnya buah itu.Mencintai Allah mestilah melebihi cintanya kepada orang lain seperti orang tua, anak, diri sendiri dan sesiapa saja yang dekat dengan kita. Beriman kepada Allah memiliki rasa manis yang tidak mungkin dinikmati, kecuali oleh orang yang beriman dengan sebenar-benar keimanan, penuh keikhlasan dan ilmu.
Oleh kerana itu, tidak semua orang yang mengatakan dirinya Muslim atau mukmin secara automatik dapat berasakan manisnya iman. Iman bukan cukup hanya dengan angan-angan, tetapi wajib dimantapkan dalam hati, dikuatkan dengan perkataan dan perbuatan yang dijiwai sepenuh hati. Kata kunci segala permasalahan ini adalah ikhlas.
Mengikut Imam Ibnul Qayyim, antara perbuatan untuk memperoleh kecintaan Allah dan kemanisan iman, selepas melakukan ibadat wajib:
l Membaca al-Quran dengan merenungkan dan memahami maknanya.
l Mendekatkan diri kepada Allah dengan melakukan amalan sunat.
l Terus menerus berzikir kepada Allah dalam setiap tindak tanduk kehidupan dengan hati, lisan atau perbuatan.
l Mendahulukan apa yang dicintai Allah daripada apa yang dicintai diri sendiri.
l Berkawan dengan orang yang jujur mencintai Allah dan orang soleh
l Menjauhi segala perkara yang dapat menghalangi pautan hati dengan Allah.
Mencintai Rasulullah SAW yang menyusul selepas mencintai Allah adalah ciri terpenting yang harus dimiliki sesiapa saja yang ingin berasakan kelazatan iman. Cinta Allah dan Rasul-Nya adalah kayu ukur bagi kecintaan terhadap diri sendiri, orang tua, anak dan seluruh manusia.
Suatu ketika Saidina Umar berkata kepada Nabi SAW: "Wahai Rasulullah, sungguh engkau lebih aku cintai daripada segala sesuatu apa pun, kecuali diriku." Maka Nabi SAW menjawab, "Bukan begitu, demi zat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sehingga aku lebih engkau cintai daripada dirimu sendiri." Maka Umar menjawab, "Demi Allah, sesungguhnya engkau sekarang lebih aku cintai daripada diriku sendiri." Maka Nabi SAW menjawab, "Sekarang Umar, (telah sempurna imanmu)."
Anas juga meriwayatkan daripada Rasulullah SAW, beliau bersabda yang bermaksud: "Tidak beriman salah seorang di antara kalian, sehingga aku lebih dia cintai daripada orang tuanya, anaknya dan seluruh manusia."
Mencintai seseorang kerana Allah maksudnya menjaga hubungan kasih sayang antara seorang Muslim dengan saudaranya atas landasan iman kepada Allah SWT dan amal soleh.
Kita mencintai saudara kita bukan kerana keuntungan kebendaan atau harta, kita membencinya atau menjauhinya bukan kerana kemiskinan atau tidak memperoleh manfaat dunia darinya. Ukuran cinta kita kepadanya adalah atas dasar iman dan amal
Saling mencintai kerana Allah mempunyai hak yang harus ditunaikan antaranya membantu memenuhi keperluan saudaranya dan menolong pada saat dia memerlukan bantuan, tidak membuka aib, tidak membenci, tidak iri dan dengki terhadap nikmat yang diberikan Allah kepada saudara kita.
Sentiasa mendoakan saudara kita tanpa pengetahuannya dan mengucapkan salam jika bertemu, bertanya khabar keadaannya, tidak sombong dan tinggi diri. Jalinan seorang Muslim dengan Muslim lain dibangun atas landasan cinta kepada Allah.
Imam al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan sabda Baginda mengenai tujuh golongan yang akan dinaungi Allah antaranya: "Dua orang yang saling mencintai kerana Allah, berkumpul kerana-Nya dan berpisah kerana-Nya."
... WANITA YG TIDAK BERSYUKUR ...
Bismillahir-Rahmanir-Rahim ...
Suatu hari ada seorang wanita yang ingin mencari jodoh, ia mendambakan seorang lelaki yang telah ia kriteriakan, akhirnya setelah berapa lama ia mencari dan tidak bertemu ia menyerah hingga ia pergi ke toko yang menjual lelaki-lelaki yang siap menjadi suami.
...Setelah sampai di toko suami, ia masuk kelantai 1, ia sempat membaca tulisan di atas " KUALITAS BERIMAN, ALIM, TANGGUNG JAWAB " ia bergumam dalam hati, " cocok, sesuai yang ku harapkan "
Ia melihat tangga lantai 2 dan ia pun menaikinya, ia membaca tulisan di pintu masuk
" KUALITAS BERIMAN, ALIM, TANGGUNG JAWAB, SUDAH PUNYA PEKERJAAN HALAL "
Sang wanitapun bergumam dalam hati, " ini dia, sudah punya pekerjaan, jadi aku nggak usah repot-repot "
Ia mencari- cari suami yang ia cari, tak sengaja ia mendapati tangga lantai 3 dan ia pun naik ke lantai 3, ia sempat juga membaca tulisan di atas pintu masuk
" KUALITAS BERIMAN, TAK MENYEKUTUKAN ALLAH, ALIM, BERPENDIDIKAN TINGGI, TANGGUNG JAWAB, SUDAH PUNYA PEKERJAAN HALAL. "
di dalam hati ia bergumam, " ini lebih dari yang aku harapkan, aku akan terus naik sampai aku menemukan yang terbaik"
akhirnya ia masuk ke lantai 4 diatas pintu ia membaca tulisan
" KUALITAS BERIMAN, ALIM, BERTANGGUNG JAWAB, MEMPUNYAI PEKERJAAN HALAL, BERPENDIDIKAN TINGGI, MEMPUNYAI USAHA YANG MAJU."
Sang wanitapun bergumam dalam hati, " ini lebih dari yang aku harapkan, aku harus naik ke lantai 5 "
Setelah sampai di lantai 5 ia membaca tulisan yang ada di atas pintu masuk
" KUALITAS BERIMAN, ALIM, BERTANGGUNG JAWAB, MEMPUNYAI PEKERJAAN HALAL, BERPENDIDIKAN TINGGI, MEMPUNYAI USAHA YANG MAJU, SIAP MENIKAH, MASIH BUJANGAN. "
Sang wanitapun bergumam riang dalam hati, " alangkah beruntungnya aku, aku harus mendapatkan yang lebih dari ini, aku harus terus naik. " hatinya tertawa bangga, akhirnya ia mencari tangga lantai 6, dengan semangat ia menaiki tangga dan hati tertawa.
Sampai di lantai 6 ia mencari pintu masuk, setelah lama mencari ia menemukan pintu tersebut dan ia pun membaca tulisan di atas pintu,
" ANDA ADALAH ORANG YANG KE 100.999.891 DARI ORANG-ORANG YANG TAMAK DAN TAK PERNAH BERSYUKUR ATAS APA YANG TELAH DIBERIKAN PADA AWAL "
Sang wanitapun terkejut dan ia mencari tangga turun ke lantai 5, tapi apa yang ia temukan, pintu tangga telah tertutup rapat dan ia terpaku di lantai 6. ia menyesal karena tidak syukurnya ia, itu lah orang yang tak pernah puas.......
Semoga bermanfaat dan penuh Kebarokahan dari Allah.....
Suatu hari ada seorang wanita yang ingin mencari jodoh, ia mendambakan seorang lelaki yang telah ia kriteriakan, akhirnya setelah berapa lama ia mencari dan tidak bertemu ia menyerah hingga ia pergi ke toko yang menjual lelaki-lelaki yang siap menjadi suami.
...Setelah sampai di toko suami, ia masuk kelantai 1, ia sempat membaca tulisan di atas " KUALITAS BERIMAN, ALIM, TANGGUNG JAWAB " ia bergumam dalam hati, " cocok, sesuai yang ku harapkan "
Ia melihat tangga lantai 2 dan ia pun menaikinya, ia membaca tulisan di pintu masuk
" KUALITAS BERIMAN, ALIM, TANGGUNG JAWAB, SUDAH PUNYA PEKERJAAN HALAL "
Sang wanitapun bergumam dalam hati, " ini dia, sudah punya pekerjaan, jadi aku nggak usah repot-repot "
Ia mencari- cari suami yang ia cari, tak sengaja ia mendapati tangga lantai 3 dan ia pun naik ke lantai 3, ia sempat juga membaca tulisan di atas pintu masuk
" KUALITAS BERIMAN, TAK MENYEKUTUKAN ALLAH, ALIM, BERPENDIDIKAN TINGGI, TANGGUNG JAWAB, SUDAH PUNYA PEKERJAAN HALAL. "
di dalam hati ia bergumam, " ini lebih dari yang aku harapkan, aku akan terus naik sampai aku menemukan yang terbaik"
akhirnya ia masuk ke lantai 4 diatas pintu ia membaca tulisan
" KUALITAS BERIMAN, ALIM, BERTANGGUNG JAWAB, MEMPUNYAI PEKERJAAN HALAL, BERPENDIDIKAN TINGGI, MEMPUNYAI USAHA YANG MAJU."
Sang wanitapun bergumam dalam hati, " ini lebih dari yang aku harapkan, aku harus naik ke lantai 5 "
Setelah sampai di lantai 5 ia membaca tulisan yang ada di atas pintu masuk
" KUALITAS BERIMAN, ALIM, BERTANGGUNG JAWAB, MEMPUNYAI PEKERJAAN HALAL, BERPENDIDIKAN TINGGI, MEMPUNYAI USAHA YANG MAJU, SIAP MENIKAH, MASIH BUJANGAN. "
Sang wanitapun bergumam riang dalam hati, " alangkah beruntungnya aku, aku harus mendapatkan yang lebih dari ini, aku harus terus naik. " hatinya tertawa bangga, akhirnya ia mencari tangga lantai 6, dengan semangat ia menaiki tangga dan hati tertawa.
Sampai di lantai 6 ia mencari pintu masuk, setelah lama mencari ia menemukan pintu tersebut dan ia pun membaca tulisan di atas pintu,
" ANDA ADALAH ORANG YANG KE 100.999.891 DARI ORANG-ORANG YANG TAMAK DAN TAK PERNAH BERSYUKUR ATAS APA YANG TELAH DIBERIKAN PADA AWAL "
Sang wanitapun terkejut dan ia mencari tangga turun ke lantai 5, tapi apa yang ia temukan, pintu tangga telah tertutup rapat dan ia terpaku di lantai 6. ia menyesal karena tidak syukurnya ia, itu lah orang yang tak pernah puas.......
Semoga bermanfaat dan penuh Kebarokahan dari Allah.....
... Malam Pertama dengan Bidadari Surgaku ...
Bismillahir-Rahmanir-Rahim ...
Orang-orang menyebutnya " Si Buruk Rupa", Wajahnya tidak cantik, kulitnya hitam, gendut, dan kakinya cacat. Tetapi sungguh aku menyebutnya "Bidadari Surgaku".
...---------------------------------------------------------------------------------
HARI INI..! Hari pernikahanku datang juga. Hari yang paling bersejarah dalam hidup. Seharusnya saat ini aku menjadi makhluk yang paling berbahagia. Tapi yang aku rasakan justru rasa haru biru.
Betapa tidak. Di hari bersejarah ini tak ada satupun sanak saudara yang menemaniku ke tempat mempelai wanita. Apalagi ibu. Beliau yang paling keras menentang perkawinanku.
Masih kuingat betul perkataan ibu tempo hari, "Jadi juga kau nikah sama 'buntelan karung hitam' itu ....?!?" Duh......, hatiku sempat kebat-kebit mendengar ucapan itu. Masa calon istriku disebut 'buntelan karung hitam'. Siapapun psti akan marah jika istrinya dihina seperti itu, bahkan oleh ibu sendiri. Tapi masih bisa aku sabarkan. Biar bagaimanapun, Ibuku tetap ibuku.
"Kamu sudah kena pelet barangkali Anwar. Masa suka sih sama gadis hitam, gendut dengan wajah yang sama sekali tak menarik dan cacat kakinya. Lebih tua beberapa tahun lagi dibanding kamu !!" sambung ibu lagi.
"Cukup Bu! Cukup! Tak usah ibu menghina sekasar itu. Dia kan ciptaan Allah. Bagaimana jika pencipta-Nya marah sama ibu...?" Kali ini aku terpaksa menimpali ucapan ibu dengan sedikit emosi. Rupanya ibu amat tersinggung mendengar ucapanku. Danburu-buru ku minta maaf sama ibu.
"Oh.... rupanya kau lebih memillih perempuan itu ketimbang keluargamu. baiklah Anwar. Silahkan kau menikah tapi jangan harap kau akan dapatkan seorang dari kami ada di tempatmu saat itu. Dan jangan kau bawa perempuan itu ke rumah ini !!"
DEGG !!!!
*******************
"Anwar.... jangan bengong terus. Sebentar lagi penghulu tiba," teguran Ismail membuyarkan lamunanku. Segera kuucapkan istighfar dalam hati.
"Alhamdulillah penghulu sudah tiba. Bersiaplah ...akhi," sekali lagi Ismail memberi semangat padaku.
'Aku terima nikahnya.., Shalihah binti Mahmud almarhum dengan mas kawin seperangkat alat sholat dibayar tunai !"
Alhamdulillah lancar juga aku mengucapkan aqad nikah.
"Ya Allah hari ini telah Engkau izinkan aku untuk meraih setengah dienku. Mudahkanlah aku untuk meraih sebagian yang lain."
****
Dikamar yang amat sederhana. Di atas dipan kayu ini aku tertegun lama. Memandangi istriku yang tengah tertunduk larut dalam dan diam. Setelah sekian lama kami saling diam, akhirnya dengan membaca basmalah dalam hati kuberanikan diri untuk menyapanya.
"Assalamu'alaikum .... permintaan hafalan Qur'annya mau di cek kapan De'...?" tanyaku sambil memandangi wajahnya yang sejak tadi disembunyikan dalam tunduknya. Sebelum menikah, istriku memang pernah meminta syarat bahwa malam pertama hingga ke sepuluh agar aku membacakan hafalan Al-Qur'an-ku tiap malam satu juz. Dan permintaan itu telah aku setujui.
"Nanti saja dalam qiyamullail," jawab istriku, masih dalam tunduknya. Wajahnya yang berbalut kerudung putih, ia sembunyikan dalam-dalam. Saat kuangkat dagunya, ia seperti ingin menolak. Namun ketika aku beri isyarat bahwa aku suaminya dan berhak untuk melakukan itu , ia menyerah.
Kini aku tertegun lama. Benar kata ibu ..bahwa wajah istriku 'tidak menarik'. Sekelebat pikiran itu muncul ....dan segera aku mengusirnya. Matanya berkaca-kaca menatap lekat pada bola mataku. Astaghfirullah..aku harus membuang perasaan jijik ini. Dia istriku.
"Mas, sudah saya katakan sejak awal ta'aruf, bahwa fisik saya seperti ini. Jauh dari sempurna, bahkan cacat. Kalau Mas kecewa, saya siap dan ikhlas. Namun bila Mas tidak menyesal beristrikan saya, mudah-mudahan Allah memberikan keberkahan yang banyak untukmu Mas. Seperti keberkahan yang Allah limpahkan kepada Ayahnya Imam malik yang ikhlas menerima sesuatu yang tidak ia sukai pada istrinya. Saya ingin mengingatkan Mas akan firman Allah yang dibacakan ibunya Imam Malik pada suaminya pada malam pertama pernikahan mereka," ... Dan bergaullah dengan mereka (istrimu) dengat patut (ahsan). Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjanjikan padanya kebaikan yang banyak."
(QS An-Nisa:19)
Mendengar tutur istriku, kupandangi wajahnya yang penuh dengan air mata itu lekat-lekat. Aku teringat kisah suami yang rela menikahi seorang wanita yang memiliki cacat itu. Dari rahim wanita itulah lahir Imam Malik, ulama besar ummat Islam yang namanya abadi dalam sejarah.
"Ya Rabbi aku menikahinya karena Mu. Maka turunkanlah rasa cinta dan kasih sayang milikMu pada hatiku untuknya. Agar aku dapat mencintai dan menyayanginya dengan segenap hati yang ikhlas."
Pelan kudekati istriku. Lalu dengan bergetar, kurengkuh tubuhya dalam dekapku. Sementara, istriku menangis tergugu dalam wajah yang masih menyisakan segumpal ragu.
"Jangan memaksakan diri untuk ikhlas menerima saya, Mas. Sungguh... saya siap menerima keputusan apapun yang terburuk," ucapnya lagi.
"Tidak...De'. Sungguh sejak awal niat Mas menikahimu karena Allah. Sudah teramat bulat niat itu. Hingga Mas tidak menghiraukan ketika seluruh keluarga memboikot untuk tak datang tadi pagi di hari pernikahan kita," paparku sambil menggenggam erat tangannya.
****
Malam telah naik ke puncaknya pelan-pelan. Dalam lengangnya bait-bait do'a kubentangkan pada Nya.
"Robbi, tak dapat kupungkiri bahwa kecantikan wanita dapat mendatangkan cinta buat laki-laki. Namun telah kutepis memilih istri berdasar rupa yang cantik karena aku ingin mendapatkan cinta-Mu. Robbi saksikanlah malam ini akan kubuktikan bahwa cinta sejatiku hanya akan kupasrahkan pada-Mu. Karena itu, pertemukanlah aku dengan-Mu dalam Jannah-Mu !"
Aku beringsut menuju pembaringan yang amat sederhana itu. Lalu kutatap raut wajah istriku dengan segenap hati yang ikhlas. Ah, .. sekarang aku benar-benar mencintainya. Kenapa tidak? Bukankah ia wanita sholihah sejati. Istriku memang tidak cantik, kakinya cacat, kulitnya gelap bahkan cenderung hitam. Tetapi ia senantiasa menegakkan malam-malamnya dengan munajat panjang pada-Nya. Ia habiskan malam2nya dgn tahajud panjang dan derai airmata bersama Tuhannya. Ia pun senantiasa menjaga hafalan KitabNya yg saat ini sudah hampir hafal lengkap 30 juz. Dan senantiasa melaksanakan shaum sunnah Rasul Nya.
Haruskah mutiara duniaku ini aku tinggalkan hanya untuk menikahi wanita pilihan ibuku? Yang nota bene cantik, putih bersinar, tapi merelakan tubuhnya setengah telanjang berlenggak-lenggok diatas catwalk..? Naudzubillah, itu sangat bertentangan dengan hati nuraniku.
Yaa Allah, Engkau Maha Tahu. Aku hanya ingin menikahi wanita yang bisa menjaga dirinya, yang dekat kepadaMU sehingga akupun akan mencintainya seperti dia mencintaiMU.
Ibu..maafkan anakmu ini yg mungkin engkau bilang anak durhaka tidak mengikuti anjuranmu. Tapi aku iklaskan langkah ini menikahi istriku yg tidak cantik, hitam, dan cacat ini hanya untuk menggapai ridhoNya. Maafkan saya Ibu, maafkan anakmu ini..
---------------------------------------------------------------------------------
"...dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah. Mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya pada Allah ..."
(QS. al-Baqarah:165)
Orang-orang menyebutnya " Si Buruk Rupa", Wajahnya tidak cantik, kulitnya hitam, gendut, dan kakinya cacat. Tetapi sungguh aku menyebutnya "Bidadari Surgaku".
...---------------------------------------------------------------------------------
HARI INI..! Hari pernikahanku datang juga. Hari yang paling bersejarah dalam hidup. Seharusnya saat ini aku menjadi makhluk yang paling berbahagia. Tapi yang aku rasakan justru rasa haru biru.
Betapa tidak. Di hari bersejarah ini tak ada satupun sanak saudara yang menemaniku ke tempat mempelai wanita. Apalagi ibu. Beliau yang paling keras menentang perkawinanku.
Masih kuingat betul perkataan ibu tempo hari, "Jadi juga kau nikah sama 'buntelan karung hitam' itu ....?!?" Duh......, hatiku sempat kebat-kebit mendengar ucapan itu. Masa calon istriku disebut 'buntelan karung hitam'. Siapapun psti akan marah jika istrinya dihina seperti itu, bahkan oleh ibu sendiri. Tapi masih bisa aku sabarkan. Biar bagaimanapun, Ibuku tetap ibuku.
"Kamu sudah kena pelet barangkali Anwar. Masa suka sih sama gadis hitam, gendut dengan wajah yang sama sekali tak menarik dan cacat kakinya. Lebih tua beberapa tahun lagi dibanding kamu !!" sambung ibu lagi.
"Cukup Bu! Cukup! Tak usah ibu menghina sekasar itu. Dia kan ciptaan Allah. Bagaimana jika pencipta-Nya marah sama ibu...?" Kali ini aku terpaksa menimpali ucapan ibu dengan sedikit emosi. Rupanya ibu amat tersinggung mendengar ucapanku. Danburu-buru ku minta maaf sama ibu.
"Oh.... rupanya kau lebih memillih perempuan itu ketimbang keluargamu. baiklah Anwar. Silahkan kau menikah tapi jangan harap kau akan dapatkan seorang dari kami ada di tempatmu saat itu. Dan jangan kau bawa perempuan itu ke rumah ini !!"
DEGG !!!!
*******************
"Anwar.... jangan bengong terus. Sebentar lagi penghulu tiba," teguran Ismail membuyarkan lamunanku. Segera kuucapkan istighfar dalam hati.
"Alhamdulillah penghulu sudah tiba. Bersiaplah ...akhi," sekali lagi Ismail memberi semangat padaku.
'Aku terima nikahnya.., Shalihah binti Mahmud almarhum dengan mas kawin seperangkat alat sholat dibayar tunai !"
Alhamdulillah lancar juga aku mengucapkan aqad nikah.
"Ya Allah hari ini telah Engkau izinkan aku untuk meraih setengah dienku. Mudahkanlah aku untuk meraih sebagian yang lain."
****
Dikamar yang amat sederhana. Di atas dipan kayu ini aku tertegun lama. Memandangi istriku yang tengah tertunduk larut dalam dan diam. Setelah sekian lama kami saling diam, akhirnya dengan membaca basmalah dalam hati kuberanikan diri untuk menyapanya.
"Assalamu'alaikum .... permintaan hafalan Qur'annya mau di cek kapan De'...?" tanyaku sambil memandangi wajahnya yang sejak tadi disembunyikan dalam tunduknya. Sebelum menikah, istriku memang pernah meminta syarat bahwa malam pertama hingga ke sepuluh agar aku membacakan hafalan Al-Qur'an-ku tiap malam satu juz. Dan permintaan itu telah aku setujui.
"Nanti saja dalam qiyamullail," jawab istriku, masih dalam tunduknya. Wajahnya yang berbalut kerudung putih, ia sembunyikan dalam-dalam. Saat kuangkat dagunya, ia seperti ingin menolak. Namun ketika aku beri isyarat bahwa aku suaminya dan berhak untuk melakukan itu , ia menyerah.
Kini aku tertegun lama. Benar kata ibu ..bahwa wajah istriku 'tidak menarik'. Sekelebat pikiran itu muncul ....dan segera aku mengusirnya. Matanya berkaca-kaca menatap lekat pada bola mataku. Astaghfirullah..aku harus membuang perasaan jijik ini. Dia istriku.
"Mas, sudah saya katakan sejak awal ta'aruf, bahwa fisik saya seperti ini. Jauh dari sempurna, bahkan cacat. Kalau Mas kecewa, saya siap dan ikhlas. Namun bila Mas tidak menyesal beristrikan saya, mudah-mudahan Allah memberikan keberkahan yang banyak untukmu Mas. Seperti keberkahan yang Allah limpahkan kepada Ayahnya Imam malik yang ikhlas menerima sesuatu yang tidak ia sukai pada istrinya. Saya ingin mengingatkan Mas akan firman Allah yang dibacakan ibunya Imam Malik pada suaminya pada malam pertama pernikahan mereka," ... Dan bergaullah dengan mereka (istrimu) dengat patut (ahsan). Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjanjikan padanya kebaikan yang banyak."
(QS An-Nisa:19)
Mendengar tutur istriku, kupandangi wajahnya yang penuh dengan air mata itu lekat-lekat. Aku teringat kisah suami yang rela menikahi seorang wanita yang memiliki cacat itu. Dari rahim wanita itulah lahir Imam Malik, ulama besar ummat Islam yang namanya abadi dalam sejarah.
"Ya Rabbi aku menikahinya karena Mu. Maka turunkanlah rasa cinta dan kasih sayang milikMu pada hatiku untuknya. Agar aku dapat mencintai dan menyayanginya dengan segenap hati yang ikhlas."
Pelan kudekati istriku. Lalu dengan bergetar, kurengkuh tubuhya dalam dekapku. Sementara, istriku menangis tergugu dalam wajah yang masih menyisakan segumpal ragu.
"Jangan memaksakan diri untuk ikhlas menerima saya, Mas. Sungguh... saya siap menerima keputusan apapun yang terburuk," ucapnya lagi.
"Tidak...De'. Sungguh sejak awal niat Mas menikahimu karena Allah. Sudah teramat bulat niat itu. Hingga Mas tidak menghiraukan ketika seluruh keluarga memboikot untuk tak datang tadi pagi di hari pernikahan kita," paparku sambil menggenggam erat tangannya.
****
Malam telah naik ke puncaknya pelan-pelan. Dalam lengangnya bait-bait do'a kubentangkan pada Nya.
"Robbi, tak dapat kupungkiri bahwa kecantikan wanita dapat mendatangkan cinta buat laki-laki. Namun telah kutepis memilih istri berdasar rupa yang cantik karena aku ingin mendapatkan cinta-Mu. Robbi saksikanlah malam ini akan kubuktikan bahwa cinta sejatiku hanya akan kupasrahkan pada-Mu. Karena itu, pertemukanlah aku dengan-Mu dalam Jannah-Mu !"
Aku beringsut menuju pembaringan yang amat sederhana itu. Lalu kutatap raut wajah istriku dengan segenap hati yang ikhlas. Ah, .. sekarang aku benar-benar mencintainya. Kenapa tidak? Bukankah ia wanita sholihah sejati. Istriku memang tidak cantik, kakinya cacat, kulitnya gelap bahkan cenderung hitam. Tetapi ia senantiasa menegakkan malam-malamnya dengan munajat panjang pada-Nya. Ia habiskan malam2nya dgn tahajud panjang dan derai airmata bersama Tuhannya. Ia pun senantiasa menjaga hafalan KitabNya yg saat ini sudah hampir hafal lengkap 30 juz. Dan senantiasa melaksanakan shaum sunnah Rasul Nya.
Haruskah mutiara duniaku ini aku tinggalkan hanya untuk menikahi wanita pilihan ibuku? Yang nota bene cantik, putih bersinar, tapi merelakan tubuhnya setengah telanjang berlenggak-lenggok diatas catwalk..? Naudzubillah, itu sangat bertentangan dengan hati nuraniku.
Yaa Allah, Engkau Maha Tahu. Aku hanya ingin menikahi wanita yang bisa menjaga dirinya, yang dekat kepadaMU sehingga akupun akan mencintainya seperti dia mencintaiMU.
Ibu..maafkan anakmu ini yg mungkin engkau bilang anak durhaka tidak mengikuti anjuranmu. Tapi aku iklaskan langkah ini menikahi istriku yg tidak cantik, hitam, dan cacat ini hanya untuk menggapai ridhoNya. Maafkan saya Ibu, maafkan anakmu ini..
---------------------------------------------------------------------------------
"...dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah. Mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya pada Allah ..."
(QS. al-Baqarah:165)
... Karena Allah Semua Menjadi Indah ...
Bismillahir-Rahmanir-Rahim....
Hasan perlahan membuka pintu depan, dia tidak ingin membangunkan istri dan kedua anaknya yang tertidur di ruang tengah. Dilewatinya ruang tengah tanpa mengeluarkan suara sedikitpun, langsung menuju tempat wudhu untuk menyegarkan tubuh yang lelah setelah seharian bekerja.
Setelah mengganti pakaiannya, dia kembali ke ruang tengah. Dibawakannya selimut berwarna merahmuda, warna favorit sang istri yang saat ini lelap tertidur memeluk kedua anaknya. Dipandangnya wajah muslimah yang sudah 10 tahun menemani perjalanan hidupnya. Diusapnya kening yang berwarna kekuningan dan dikecupnya dengan lembut dan perlahan.
“Eggh..Bi..sudah pulang..?” sepatah kata terucap dari lisan nida. Matanya masih terpejam dan sedikit mengubah arah tidurnya.
“Ya..ini abi, sayang” jawab hasan pelan sambil mengusap jilbab putih dengan corak hitam di ujung-ujungnya. matanya pun tak kuasa hanyut meneteskan air mata, air mata bahagia, menatap wajah istri dan kedua anaknya yang sedang nyenyak terlelap....
“Astaghfirullah Bi, ya Allah maaf nida ketiduran, ya Allah sudah jam 12 malam, abi sudah makan..?” jawabnya cepat-cepat membuat dirinya dalam keadaaan sadar. Perasaan bersalah pun muncul membiarkan suaminya yang lelah dari bekerja dalam keadaan sendiri. Sepiring lauk-pauk dan pisang goreng di meja makanpun kini tinggal piringnya saja. Kali ini dia merasa serba salah di hadapan suaminya
“ sudah Mi nggak papa, iya Abi tadi sepulang dari kerja langsung mengikuti agenda rutinan, jadi pulangnya agak malam. Sudah yuk sekarang mendingan kita bawa mida dan aiman masuk ke kamarnya, kalo disini pasti digigit nyamuk nakal he..he..”
“tapi..Abi mau maafin umi khan..?” sepatah kata itupun terucap seraya menunjukkan wajah bersalah seorang istri yang tidak menyambut kepulangan suaminya.
Hasan pun tersenyum menatap wajah istrinya yang mengadu, diapun mengusap kening sang istri dan mengecupnya dengan lembut. “apa sich yang tidak buat istriku.”jawabnya pelan membisik di telinga sang istri. Sebuah kata yang sederhana tapi mampu membuat dunia serasa merona merah muda. Nida pun membalas senyum lelaki berkacamata minus yang ada di depannya dan dengan dekapan hangat dia memeluk lelaki yang telah dipilihnya sebagai Imam untuk kehidupan dunia akhiratnya. subhanallah
Keesokan harinya...
Pagi hari Nida mulai menjahit beberapa pesanan sekolah di dekat tempat tinggalnya. Setelah 5 tahun menikah, dia memutuskan untuk menerima pesanan jahitan pakaian dan katerring. Hitung-hitung untuk menambah biaya hidup keluarga. Yang terpenting apa yang dilakukannya ini adalah untuk kebaikan dan untuk ridho Allah SWT yang merahmati istri yang meneguhkan perjuangan suaminya.
Hari ini wajahnya berbinar cerah, dia merasa sebagai istri yang paling disayangi di dunia (perasaan aja). 10 tahun sudah rumah tangga dilalui, sang suami sama sekali tidak pernah marah, bahkan sangat lembut dan ramah kepadanya. Diapun bersyukur atas rahmat yang satu ini. tiap pagi dan pulang kerja simbol kehamonisan yang mereka jaga adalah kecupan manis di kening dan dekapan lembut penuh kehangatan, sebagai usaha untuk mencapai barokah Allah atas apa yang mereka jalani. Kehidupan sederhana sangat cukup untuk mengingatkan mereka akan dzat yang Maha Menyayangi hamba-hambaNya yang selalu besyukur
Dia pun tersenyum sendiri menyelami segala pikirannya tertuju pada perjalanan biduk rumah tangga, hingga akhirnya dering telpon di ruang tamu berbunyi.
“ Assalamualaikum…”
“walaikumsallam..ini Ibu Nida..”
“ya..ini Nida, maaf dengan ibu siapa ya..? pastinya yang nelpon bukan dari teman satu halaqoh, atau rekan-rekan ex aktivis mahasiswa
“ini temannya pak Hasan bu, tadi pagi saya melihat pak hasan masuk ke ruangan ibu sinta, sepertinya ada perbincangan yang srius. Kemarin sore juga pak hasan lama di kantor sambil ngobrol dengan ibu sinta, sebenarnya ada apa bu ya..?” kata si penelpon dengan nada yang sedikit heboh
“egh..maaf saya nggak tahu, suami saya nggak pernah memberitahu saya..emangnya ada hal penting apa bu ya..?”
“Hmm..tuh khan, hati-hati lho bu, bu sinta itu kan kepala ruangan kami , tau nggak wajahnya bu sinta itu mirip artis yang sering muncul jadi iklan salah satu telpon seluler lho. Khawatir aja kalo-kalo ada hal yang nggak diinginkan, lagian pak hasan kan orangnya baik, ramah dan ganteng lagi, trus penggemarnya banyak, apalagi disini banyak karyawati muda, yah titip pesan aja bu dijaga suaminya…ntar..takutnya..tau sendiri khan he..he sudah dulu ya, meleikum”.
Waalaikumsallam, nida membalas salam tadi dnegan berat hati. Tak kuasa air matanya berhambur membasahi jilbab putih pemberian suaminya di hari lahirnya dulu. Astaghfirullahaladzim, apa yang sesungunya diinginkan oleh ibu ini..?ada apa dengan mas hasan? Apa yang sedang terjadi..? kenapa mas hasan nggak pernah cerita..? BU sinta siapa dia..? mas..kenapa kamu belakangan ini sering pulang larut malam..?
Hati Nida berkecamuk, segala bayangan mengenai suaminya mulai bercampur aduk dalam pikirannya. Kali ini rasa marah benar-benar memuncak berkecamuk serasa ingin keluar menyambar siapa saja yang ditemuinya. Lisannya tidak berhenti untuk beristighfar menenangkan hatinya, dia teringat amplop merah muda yang dulu pernah diberikan suaminya kepadanya. Yah dia ingat itu juga pemberian kepala ruangan. Ya Allah ada apa dengan suamiku..? tangis Nida semakin menjadi menghentikan segala aktifitas yang dilakukannya sedari tadi.
Diapun beranjak menuju kamarnya. Hari ini tidak masak dan tidak ada juga yang lainnya. Dia masak buat kedua anaknya aja, pikirnya si suami juga paling sudah makan di kantor. Lihat aja belakangan ini masakan buatannya nggak pernah disentuh. Belum lagi telpon sering berdering dari mahasiswi kampus mencari dan meminta suaminya untuk menjadi pembicara kajian atau pelatihan, apa nggak ada ikhwan yang berani nelpon suaminya, apa kenalan suaminya hanya akhwat aja.
Segala prasangka tertumpah dalam lautan emosi irrasional. Diapun menangis tak kuasa menahan gundah di hatinya. Segala rasa tidak mampu dibendungnya hingga lambat laut kantuk pun tak kuasa di tahannya, meski kedua anaknya mendapatinya tertidur lemas di tempat tidur dengan bekas tangis di kedua matanya.
Sore hari “assalamualaikum, umi..”sapa hasan masuk membawa sebungkus roti bakar hangat.
“kedua anaknya pun berlari ke arahnya dengan tawa yang ceria”namun ada satu yang nggak biasa tidak hadir, istrinya.
“umi mana nak..?” tanya Hasan pelan seraya tersenyum pada kedua anaknya.
“umi di dalam kamar, tidur, badannya panas lho bi.umi sakit ya,.,?”
“wah yuuk kita liat, mungkin umi kecapean” balas hasan sekedarnya, agar kedua anaknya tidak panik.
Hasan melihat istrinya tertidur dengan bekas bengkak di kedua matanya. Jilbab yang dikenakannya pun tampak semerawut dengan basah di permukaannya. Beberapa barang yang terletak di meja tidur sedikit berantakkan, dan suhu tubuhnya memang serasa panas.
Ya Allah ada apa dengan istriku..? tanya hasan dalam hati. Disentuhnya kening istrinya, dirasakannya panas. Dia pun diam sejenak, dipandanginya wajah istrinya yang memerah. Kemudian pandangannya dialihkan kepada kedua anaknya yang sedari tadi membisu melihat kerutan kening di dahi sang ayah.
“nak main di kamar ya, terus bobok ntar abi sama umi ke sana ya..” kedua anaknya pun langsung berpamitan.
“Assalamualaikum..” seru hasan membisik di telinga istrinya.
Ya Allah aku memohon kepadaMu atas kebaikannya dan kebaikan wataknya dan aku berlindung kepadamu atas keburukan dan keburukkan waktaknya.
Dia pun terdiam melihat sang istri tidak membalas salamnya.
“Nida sayang..mas tau kamu tidak tidur, 10 tahun bukankah waktu yang cukup untuk mengenali pasangan yang diberikan oleh Allah pada kita. Jika ada yang kurang berkenan, kamu boleh marah tapi untuk sebuah salam dijawab ya sayang..”tegur hasan lembut sambil kembali mendekatkan diri di telinga istrinya,
“Assalamualaikum..”
Serta merta air mata nida keluar, berhambur, badannya gemetar
Dan lisannya pun terbata menjawab salam dari suaminya “walaikumsallam mas..”
Bangun yuuk..apa yang membuat nida gelisah..? tanya hasan tidak mengerti apa yang terjadi pada istrinya. Meskipun dia memahami pasti ada yang harus dibenarkan.
Nida pun bangkit untuk duduk dan bersandar di tempat tidur. Dia menoleh ke jendela yang belum tertutup, di luar sana terlihat gunung yang gelap kebiruan dan angin malam yang serasa dingin membujur.
“mas…ada yang mas rahasiakan ya dari Nida..?”masih tidak menatap wajah suaminya
“ada apa Nid..?”
“sudah mas..jawab saja apa yang nida tanyakan, nggak perlu berbasa-basi, mas ada hubungan apa dengan mahasiswi kampus..?, karyawati kantor dan ..bu..bu sinta yang cantik itu..?”tanya Nida nyerocos dengan cepat, selimut ditangannya digenggamnya dengan keras menunjukkan emosi yang masih terasa di dadanya.
“lho kok..astaghfirullahaladzim” hasan pun mulai sadar apa yang telah terjadi. Dia baru mulai merasakan perasaan naluriah yang sedang dialami istrinya. Diapun mengambil posisi duduk di dekat sang istri.
“emang umi tahu bu sinta dari mana, terus mahasiswi mana yang sering nelpon abi, trus karyawati mana yang sering berhubungan dengan abi..?” hasan kembali bertanya dengan pelan
Nida menatap suaminya dengan mengernyitkan dahinya dan seraya menahan namun akhirnya dia pun mengatakannya dengan cepat
“mas…belakangan ini mas ngakunya sering rapat, makan di luar terus pulang malam, mas pasti makan berdua dengan bu sinta itu kan..?ngaku aja mas, nida nggak marah kok. Terus mas ngisi kajian di kampus sudah jarang bawa umi,tiba-tiba aja si mahasiswi kampus bolak-balik nelpon mas, kenapa..? pasti umi ganggu mas hasan kan. Trus..”
“sssst…” tegur hasan memutus perkataan sang istri
“istighfar umi..istighfar..mohon ampun pada Allah atas yang umi katakan, abi tidak sepert itu. Ya Allah mi, ayo sekarang ambil air wudhu, terus kita sholat dua rakaat”
Nida pun kaget mendengar permintaan suaminya yang mulai tegas. Tanpa banyak berbicara dia mengikuti suaminya, meskipun di hatinya banyak pertanyaan serius dan butuh mendapatkan jawaban yang panjang pula.
Selesai menunaikan shalat dua rakaat, hasan pun melirik istrinya. Nida melepas mukenahnya dan balas gugup menatapnya. Seketika itu pula hasan tersenyum manis kepadanya. Mendapati senyum suaminya itu nida menunduk. Wajahnya memerah, jari-jemarinya mulai menggumpal-gumpal bagian mukenah yang ada di tangannya.
“dik..sesungguhnya setan apa sich yang mengacaukan pikiran kita saat ini, setan apa yang berani menyampaikan kabar buruk yang bisa meretakkan hubungan yang selama ini kita jalin. Syukur Allah masih memberikan kesempatan kepada kita untuk duduk bersama dan menunaikan sholat dua rakkat kepadanya. Tapi bagaimanapun kamu berhak untuk bertanya dan mas pun berhak dan berkewajiban untuk menjawab dan meluruskan semuanya” jawab hasan menatap langit-langit kamar yang putih polos
Nida pun menunduk, perasaan bersalah mulai muncul dalam dirinya, meskipun di sisi lain dia merasa dia berhak untuk marah dengan ketertutupan suaminya. Namun benar, apalah jadinya jika Allah tidak melindungi keduanya, mungkin bisa jadi setanlah yang gembira atas emosi dan hawa nafsu yang berhasil disulutnya,
“Nid, kamu ingat ibu berusia 30an yang dulu pernah datang ke rumah kita membawa bayi mungil, waktu itu kamu mengandung aiman dan kakaknya pun masih kecil dalam pangkuan kita. Ibu itu menangis tersedu-sedu sampai dia tidak sempat mengenalkan diri kepadamu..”
“ya…”jawab nida singkat
“itulah bu sinta, wanita yang sudah sekian tahun ditinggal suaminya. Dia menangis karena mendapati suaminya menyeleweng dengan gadis abg. Dan gadis ABG tersebut datang ke rumahnya membawa bayi yang tidak bersalah atas perbuatan nista mereka”
Nida pun mengamati perkataan hasan dengan serius, kali ini emosinya mulai mereda.
“nah semenjak itulah abi dan rekan-rekan kantor yang tahu berusaha mensupport bu sinta untuk membesarkan anak itu. Tidak banyak yang tahu hanya mas hasan dan mas ayib. beliau yang mengantarkan bu sinta ke rumah kita.
kita memahami bahwa sang anak dalam kondisi tidak bersalah bahkan anak itupun suci terlepas dari hal perbuatan noda orang tuanya, dan sepatutnya kita yakin bahwa Allah telah mengatur segalanya, hanya saja mas dan mas ayib sepakat untuk terus mensupport bu sinta agar sabar dan bersyukur dengan apa yang telah terjadi. Kita biasa berdua mengingatkan sebagaimana muslim mengingatkan saudaranya yang lain untuk khusnudzon kepada Allah SWT”
“bukankah..ada ukhti lila di kantor, diakan muslimah, kenapa harus mas..?”
“kami diminta untuk menjaga kerahasiaan itu Nid. Lagipula semenjak kejadian tersebut bu sinta memutuskan untuk menjadi muallaf. Subhanallah anak yang dipeliharanya membawakan hidayah Allah yang begitu besar yaitu islam. Bu sinta belum siap ini diketahui semua orang. Namun mas menyadari bahwa yang mas lakukan bisa memberikan efek buruk, sehingga mas mulai membangun komunikasi perlahan dengan ukhti lila, teman nida di kampus dulu. Mas rencananya mau ngajak kamu silaturrahim ke bu sinta dan lila tapi kayaknya gosip kedahuluan nyampe di rumah kita..”hasan berhenti berkata seraya beristighfar.
Nida pun mulai merasa bersalah atas kesalahpahaman ini. dia merasakan cemburu yang teramat sangat dalam dirinya. Sesuatu yang tidak pernah dirasakannya sebelumnya. Diapun mendekat kepada suaminya dan menatap wajah hasan lebih dalam.
Hasan menoleh sehingga terlihat jelas gurai air mata yang membasah di pelupuk matanya. Nida yang melihatnya kembali tidak tahan menahan tangisnya. Namun saat ini tangisnya adalah tangis permohonan maaf yang dalam atas dirinya yang mengikuti bisikan setan, buruksangka terhadap orang yang menyayanginya.
“nid..mengapa mahasiswi di kampus itu sering menelpon mas, justru bukan karena ada hubungan spesial, tapi memang dia adalah PJ acara. Kita perlu berkhusnudzon dengan mereka Nid. Bisa jadi yang ikhwan sudah banyak mendapatkan amanah dan akhirnya yang akhwat harus lebih inisiatif untuk saling membantu dalam menjalankan dakwah. Lagipula tidak ada salahnya selama hanya memberitahukan jam acara, tema dan tempat pelaksanaan, bener nggak..”
Nida pun tersenyum malu mengingat cemburu yang nggak ada data dan fakta yang riil. Untung si suami terbiasa komunikatif kalau nggak bisa bahaya. Diapun mengangguk.
“tapi abi senang umi mengingatkan walaupun caranya agak ekstrim pake nggak masak segala, padahal ini perut keroncongan memang sengaja nggak makan di kantor, kangen masakan umi..he..he.”
“lho abi belum makan..aduuuh tambah salah dua kali lipat nih, ya Allah begini nih jeleknya manusia, katanya mau masuk surga tapi mengerti kondisi suami aja nggak..”
“huss..sudah nggak papa, ntar aja makannya. Abi jadi teringat pesan Allah bahwa anak, istri, harta dan semuanya adalah amanah dari Allah dan semuanya adalah titipan. Semuanya juga bisa menjadi ujian di kemudian hari. Yang kita rasakan ini salah satunya…”hasan berhenti berbicara. Nida pun menunggu kalimat selanjutnya
“karena semuanya adalah titipan dariNya dan sewaktu-waktu menjadi ujian maka sewajarnya sejak saat ini kita dan kedua anak kita mulai belajar lebih mencintai Allah daripada lainnya. Cinta umi kepada abi kalau besarnya melebihi cinta umi pada Allah justru akan membawa mudharat bila ujian Allah datang. Dan kita harus ingat bahwa Allah akan menguji hamba-hambanya yang sholeh, ujian dari Allah adalah sesuatu yang haq dan jelas Allah akan mengujinya. Karena surga hanya akan dimasuki oleh orang-orang yang lolos seleksi dari ujian tersebut.” jawab hasan ramah sambil memandang istrinya.
“ya..umi minta maaf sudah nuduh yang nggak-nggak. Ini mungkin karena kekhawatiran umi bila abi ada knapa-knapa di luar sana, umi ngaku dech kalo cemburunya berlebihan, tapi kalo udah gini umi jadi lega, alhamdulillah”
“iya lagian umi pake nuduh ada hubungan spesial dengan mahasiswi segala, akhwat lagi. Nati juga kalau ada umi akan abi kasi tau dech..he..he”
“hheeee..awas yaaa..” keduanya pun bersenda gurau selepas ujian yang mendera.
“trus…”
“apa..trus apa umi?..”tanya hasan bingung dengan tingkah istrinya.
“apa yang harus umi lakukan biar abi ikhlas maafin umi..?’
Hasan pun tersenyum di depan istrinya. Nida pun menangkap maksud dari hasan. Hasan pun mendekat dan mengecup kening istrinya dengan lembut seraya berdoa “Ya Allah aku memohon kepadaMu atas kebaikannya dan kebaikan wataknya dan aku berlindung kepadamu atas keburukanya dan keburukkan wataknya”.
Nida pun memeluk suaminya dengan penuh kasih sayang. “Ya Allah lindungi suamiku ini dari panasnya api neraka dan masukkanlah dia kepada surgaMu, dia sungguh memuliakanku, sangat memuliakanku”
“umi..besok atau kapanpun kalau perasaan naluriah umi itu datang lagi dan terus memuncak maka coba dengarkan untaian hikmah ini
Sabarlah adinda dalam penantian Kanda tengah pergi berjuang
Serukan kebenaran, perangi kebatilan untuk bekal di masa depan
Bukankah Allah pernah berkata di dalam kitabnya yang mulia
Anak dan istri, jiwa dan harta adalah ujian semata
Dengarlah suaraku, dalam munajatmu
Kuharapkan ikhlasmu, terpendam dalam qalbu
Bagi Allah yang terindu
Bermujahadahlah di dalam amanah
Tetaplah dalam fitrah
Nida pun tersenyum ikhlas, seraya bertasbih dan bertahmid kepada rabbNya. “insya Allah mas” jawabnya lembut.Karena Allah semuanya akan menjadi indah
“yuuk..kedua anak kita udah nunggu, sempatkan tilawah di dekat mereka saat mereka tertidur lelap, insya Allah nantinya mereka akan sangat akrab dengan ayat-ayat Allah.
“amin..insya Allah..
KEUTAMAAN SHALAT SUBUH
1. Disaksikan Malaikat
Allah swt berfirman, “Dirikanlah shalat dari sesudah Matahari tergelincir sampai gelap malam dan (dirikanlah pula shalat) Subuh. Sesungguhnya shalat Subuh itu disaksikan (oleh malaikat).” (al-Isra’:78)
...
2. Shalat subuh akan mendatangkan nikmat berupa bisa melihat wajah Allah yang mulia
“Apabila penghuni syurga telah memasuki syurga. Allah berfirman,’Apakah kalian ingin aku beri tambahan ?’ Mereka menjawab,’Bukankan Engkau telah memutihkan wajah-wajah kami? Bukankan Engkau telah memasukkan kami ke dalam syurga? Dan Engkau selamatkan kami dari neraka?’ Rasulullah melanjutkan,”Kemudian dibukalah tabir, maka tidak ada lagi nikmat yang lebih besar daripada nikmat bisa melihat Rabb mereka. Inilah nikmat tambahan itu.” Lalu beliau membaca surat Yunus : 26 yang artinya: “Bagi orang-orang yang berbuat baik ada pahala yang terbaik jannah dan tambahannya.” (HR.Muslim)
3. Shalat subuh tolok ukur keimanan
Orang yang mengaku beriman tidak perlu sulit-sulit mengetahui kadar keimanannya, ia cukup mengukurnya dengan shalat subuh untuk mengetahui apakah dirinya termasuk jujur dalam beriman ataukah berdusta, apakah ia beriman di atas keikhlashan ataukah riya.
Rasulullah SAW bersabda: “Shalat terberat bagi orang-orang munafik adalah shalat isya’ dan subuh. Padahal seandainya mereka mengetahui pahala pada kedua shalat tersebut, tentu mereka akan mendatanginya walaupun harus merangkak .” (HR.Ahmad)
4. Shalat subuh menjaga diri seorang muslim
“Barang siapa yang melaksanakan shalat subuh maka dia berada dalam jaminan Allah, maka jangan sampai Allah menarik kembali jaminan-Nya dari kalian dengan sebab apa pun. Karena siapapun yang Allah cabut jaminan-Nya darinya dengan sebab apa pun, pasti akan tercabut. Kemudian Allah akan telungkupkan wajahnya dalam neraka jahannam.” (HR.Muslim)
5. Shalat subuh lebih baik daripada dunia seisinya
“Dua rakaat shalat subuh, lebih baik daripada dunia dan seisinya.” (HR.Muslim dan Ahmad)
6. Shalat subuh adalah penyelamat dari neraka
Nabi SAW bersabda, “Tidak akan masuk neraka, orang yang melaksanakan shalat sebelum matahari terbit dan sebelum tenggelamnya.” (HR.Muslim)
Allah swt berfirman, “Dirikanlah shalat dari sesudah Matahari tergelincir sampai gelap malam dan (dirikanlah pula shalat) Subuh. Sesungguhnya shalat Subuh itu disaksikan (oleh malaikat).” (al-Isra’:78)
...
2. Shalat subuh akan mendatangkan nikmat berupa bisa melihat wajah Allah yang mulia
“Apabila penghuni syurga telah memasuki syurga. Allah berfirman,’Apakah kalian ingin aku beri tambahan ?’ Mereka menjawab,’Bukankan Engkau telah memutihkan wajah-wajah kami? Bukankan Engkau telah memasukkan kami ke dalam syurga? Dan Engkau selamatkan kami dari neraka?’ Rasulullah melanjutkan,”Kemudian dibukalah tabir, maka tidak ada lagi nikmat yang lebih besar daripada nikmat bisa melihat Rabb mereka. Inilah nikmat tambahan itu.” Lalu beliau membaca surat Yunus : 26 yang artinya: “Bagi orang-orang yang berbuat baik ada pahala yang terbaik jannah dan tambahannya.” (HR.Muslim)
3. Shalat subuh tolok ukur keimanan
Orang yang mengaku beriman tidak perlu sulit-sulit mengetahui kadar keimanannya, ia cukup mengukurnya dengan shalat subuh untuk mengetahui apakah dirinya termasuk jujur dalam beriman ataukah berdusta, apakah ia beriman di atas keikhlashan ataukah riya.
Rasulullah SAW bersabda: “Shalat terberat bagi orang-orang munafik adalah shalat isya’ dan subuh. Padahal seandainya mereka mengetahui pahala pada kedua shalat tersebut, tentu mereka akan mendatanginya walaupun harus merangkak .” (HR.Ahmad)
4. Shalat subuh menjaga diri seorang muslim
“Barang siapa yang melaksanakan shalat subuh maka dia berada dalam jaminan Allah, maka jangan sampai Allah menarik kembali jaminan-Nya dari kalian dengan sebab apa pun. Karena siapapun yang Allah cabut jaminan-Nya darinya dengan sebab apa pun, pasti akan tercabut. Kemudian Allah akan telungkupkan wajahnya dalam neraka jahannam.” (HR.Muslim)
5. Shalat subuh lebih baik daripada dunia seisinya
“Dua rakaat shalat subuh, lebih baik daripada dunia dan seisinya.” (HR.Muslim dan Ahmad)
6. Shalat subuh adalah penyelamat dari neraka
Nabi SAW bersabda, “Tidak akan masuk neraka, orang yang melaksanakan shalat sebelum matahari terbit dan sebelum tenggelamnya.” (HR.Muslim)
Cara syaitan buka aurat wanita
Syaitan dalam menggoda manusia memiliki berbagai cara strategi, dan yang sering dipakai adalah dengan memanfaatkan hawa nafsu, yang memang memiliki kecenderungan mengajak kepada keburukan (ammaratun bis su’). Syaitan seakan mengetahui kecenderungan nafsu kita, dia terus berusaha agar manusia keluar dari garis yang telah ditentukan Alla...h, termasuk melepaskan hijab atau pakaian muslimah.
Berikut adalah cara bertahap:
1.Menghilangkan Definisi Hijab
Dalam tahap ini syaitan membisikkan kepada para wanita, bahawa pakaian apa pun termasuk hijab (penutup) itu tidak ada kaitannya dengan agama, ia hanya sekadar pakaian atau gaya hiasan bagi para wanita. Jadi tidak ada pakaian syar’i, pakaian dengan apa pun bentuk dan namanya tetap pakaian.
Sehingga akibatnya, ketika zaman telah berubah, atau kebudayaan manusia telah berganti, maka tidak ada masalah pakaian ikut ganti juga. Demikian pula ketika seseorang berpindah dari suatu negeri ke negeri yang lain, maka harus menyesuaikan diri dengan pakaian penduduknya, apa pun yang mereka pakai. Berbeza halnya jika seorang wanita berkeyakinan, bahawa hijab adalah pakaian syar’i (identiti keislaman), dan memakainya adalah ibadah bukan sekadar gaya (fesyen). Biarpun hidup bila saja dan di mana saja, maka hijab syar’i tetap dipertahankan. .
Apabila seorang wanita masih bertahan dengan prinsip hijabnya, maka syaitan beralih dengan strategi yang lebih halus. Caranya?
Pertama, Membuka Bahagian Tangan
Telapak tangan mungkin sudah kebiasaannya terbuka, maka syaitan membisikkan kepada para wanita agar ada sedikit peningkatan model yakni membuka bahagian hasta (siku hingga telapak tangan). “Ah tidak ! apa-apa, kan masih pakai tudung dan pakai baju panjang?”, begitu bisikan syaitan. Dan benar si wanita akhirnya memakai pakaian model baru yang menampakkan tangannya, dan ternyata para lelaki melihatnya juga seperti biasa saja. Maka syaitan berbisik, “Itu tidak apa-apa kan?”
Kedua, Membuka Leher dan Dada
Setelah menampakkan tangan menjadi kebiasaan, maka datanglah syaitan untuk membisikkan perkara baru lagi, “Kini buka tangan sudah menjadi lumrah, maka perlu ada peningkatan model pakaian yang lebih maju lagi, yakni terbuka bahagian atas dada kamu. Tapi jangan sebut sebagai pakaian terbuka, hanya sekadar sedikit untuk mendapatkan hawa, agar tidak panas. Cubalah! Orang pasti tidak akan peduli, sebab hanya sebahagian kecil sahaja yang terbuka.”Maka dipakailah pakaian fesyen terbaru yang terbuka bahagian leher dan dadanya dari yang fesyen setengah lingkaran hingga yang fesyen bentuk huruf “V” yang tentu menjadikan lebih terlihat lagi bahagian sensitif lagi dari dadanya.
Ketiga, Berpakaian Tapi Telanjang
Syaitan berbisik lagi, “Pakaianmu hanya gitu-gitu saja, tak ‘cool’, carilah fesyen atau bahan lain yang lebih bagus!” “Tapi apa ye?” Si wanita berfikir. “Banyak fesyen dan kain yang agak tipis, lalu bentuknya dibuat yang agak ketat biar lebih sedap dan cantik dipandang,” syaitan memberi idea baru.Maka tergodalah si wanita, dicarinya fesyen pakaian yang ketat dan kain yang tipis bahkan transparent. “Mungkin tak ada masalah, kan potongan pakaiannya masih panjang, hanya bahan dan fesyennya saja yang agak berbeza, biar nampak lebih feminin”, begitu syaitan menokok-nambah. Hasil pakaian tersebut akhirnya menjadi budaya di kalangan wanita muslimah, makin hari makin bertambah ketat dan transparent, maka jadilah mereka wanita yang disebut oleh Nabi sebagai wanita kasiyat ‘ariyat (berpakaian tetapi telanjang).
Keempat, Agak di Buka Sedikit
Setelah para wanita muslimah mengenakan pakaian yang ketat, maka syaitan datang lagi dan sebagaimana biasanya dia menawarkan idea baru yang sepertinya ‘cool’ dan ‘vogue’, yakni dibisikkan kepada wanita itu, “Pakaian seperti ini membuat susah berjalan atau duduk, soalnya sempit, apa lebih baik ia di belah hingga lutut atau mendekati paha? Dengan itu kamu akan lebih selesa, lebih kelihatan lincah dan bebas bergerak.” Lalu dicubalah idea baru itu, dan memang benar dengan dibelah mulai dari bahagian bawah hingga lutut atau mendekati peha ternyata membuat lebih selesa, terutama ketika akan duduk atau naik kenderaan. “Erm, tersingkap sedikit tak apa-apalah, yang penting enjoy,” katanya.
Inilah tahap awal syaitan merosakkan kaum wanita, hingga tahap ini pakaian masih tetap utuh dan panjang, hanya fesyen, corak, potongan dan bahan saja yang dibuat berbeza dengan hijab syar’i yang sebenarnya. Maka kini mulailah syaitan pada tahap berikutnya.
Syaitan Berbisik kepada para wanita, “Baju panjang benar-benar tidak selesa, kalau hanya dengan membelah sedikit bahagiannya masih kurang memadai, lebih elok kalau dipotong sahaja hingga atas mata kaki. Ini baru agak longgar. Oh, ada yang terlupa, kalau kamu pakai baju sedemikian, maka tudung yang besar tidak sepadan lagi, sekarang kamu cari tudung yang kecil agar lebih serasi dan sepadan, orang tetap menamakannya dengan tudung.”Maka para wanita yang terpengaruh dengan bisikan ini terburu-buru mencari fesyen pakaian yang dimaksudkan. Tak ketinggalan kasut tumit tinggi, yang kalau untuk berjalan, dapat menarik perhatian orang.
Kedua, Membuka Seperempat Hingga Separuh Betis
Terbuka telapak kaki telah biasa ia lakukan, dan ternyata orang yang melihat juga tidak begitu ambil peduli. Maka syaitan kembali berbisik, “Ternyata kebanyakan manusia menyukai apa yang kamu lakukan, buktinya mereka tidak ada reaksi apa-apa, kecuali hanya beberapa orang. Kalau langkah kakimu masih kurang selesa, maka cubalah kamu cari fesyen lain yang lebih menarik, bukankah kini banyak skirt separuh betis dijual di pasaran? Tidak usah terlalu terdedah, hanya terlihat kira-kira sepuluh sentimeter saja. Nanti kalau sudah biasa, baru kamu cari fesyen baru yang terbuka hingga separuh betis.”Benar-benar bisikan syaitan dan hawa nafsu telah menjadi penasihat peribadinya, sehingga apa yang saja yang dibisikkan syaitan dalam jiwanya dia turutkan. Maka terbiasalah dia memakai pakaian yang terlihat separuh betisnya kemana saja dia pergi.
Ketiga, Terbuka Seluruh Betis
Kini di mata si wanita, zaman benar-benar telah berubah, syaitan telah berhasil membalikkan pandangan jernihnya. Terkadang si wanita berfikir, apakah ini tidak bercanggah dengan para wanita di masa Nabi dahulu. Namun bisikan syaitan dan hawa nafsu menyahut, “Ah jelas tidak, kan sekarang zaman sudah berubah, kalau zaman dulu para lelaki mengangkat pakaiannya hingga setengah betis, maka wanitanya harus menyelisihi dengan menjulurkannya hingga menutup telapak kaki, tapi kini lain, sekarang banyak lelaki yang menurunkan pakaiannya hingga bawah mata kaki, maka wanitanya harus menyelisihi mereka iaitu dengan mengangkatnya hingga setengah betis atau kalau perlu lebih ke atas lagi, sehingga nampak seluruh betisnya.”“Tetapi apakah itu tidak menjadi fitnah bagi kaum lelaki”, wanita bersungut. “Fitnah? Ah, itu kan zaman dulu, di masa itu kaum lelaki tidak suka kalau wanita menampakkan auratnya, sehingga wanita-wanita mereka lebih banyak di rumah dan pakaian mereka sangat tertutup. Tapi sekarang sudah berbeza, kini kaum lelaki kalau melihat bahagian tubuh wanita yang terbuka, malah senang dan mengatakan ‘oh’ atau ‘wow’, bukankah ini bererti sudah tidak ada lagi fitnah, kerana sama- sama suka? Lihat saja fesyen pakaian di sana-sini, dari yang di pasar malam hingga yang berjenama di pusat membeli belah, semuanya memperagakan fesyen yang dirancang khusus untuk wanita maju di zaman ini. Kalau kamu tidak mengikutinya, akan menjadi wanita yang ketinggalan zaman.”
Demikianlah, maka pakaian yang menampakkan seluruh betis akhirnya menjadi kebiasaan, apalagi ramai yang memakainya dan sedikit sekali orang yang mempersoalkannya. Kini tibalah saatnya syaitan melancarkan tahap terakhir dari tipu dayannya untuk melucuti hijab wanita.
3. Serba Mini
Setelah pakaian yang menampakkan betis menjadi pakaian sehari- harian dan dirasa biasa-biasa saja, maka datanglah bisikan syaitan yang lain. “Pakaian memerlukan variasi, jangan yang itu saja, sekarang ini fesyen skirt mini, dan agar sepadan, rambut kepala harus terbuka, sehingga benar-benar kelihatan indah.”
Maka akhirnya skirt mini yang menampakkan bahagian bawah peha lalu dipakai, bajunya pun bervariasi, ada yang terbuka hingga lengan tangan, terbuka bahagian dada sekaligus bahagian punggungnya dan berbagai fesyen lain yang serba pendek dan mini. Koleksi pakaiannya sangat beraneka ragam, ada pakaian untuk berpesta, bersosial, pakaian kerja, pakaian rasmi, pakaian malam, petang, musim panas, musim sejuk dan lain-lain, tak ketinggalan seluar pendek separuh peha pun dia miliki, fesyen dan warna rambut juga ikut bervariasi, semuanya telah dicuba. Begitulah sesuatu yang sepertinya mustahil untuk dilakukan, ternyata kalau sudah dihiasi oleh syaitan, maka segalanya menjadi serba mungkin dan diterima oleh manusia.
Hingga suatu ketika, muncul idea untuk mandi di kolam renang terbuka atau mandi di pantai, di mana semua wanitanya sama, hanya dua bahagian paling ketara saja yang tersisa untuk ditutupi, kemaluan dan buah dada. Mereka semua mengenakan pakaian yang sering disebut dengan “bikini”. Kerana semuanya begitu, maka harus ikut begitu, dan na’uzubillah bisikan syaitan berhasil, tujuannya tercapai, “Menelanjangi Kaum Wanita.”
Demikian halus cara yang digunakan syaitan, sehingga manusia terjerumus dalam dosa tanpa terasa. Maka hendaklah kita semua, terutama ibu bapa jika melihat gejala menyimpang pada anak-anak gadis dan para wanita kita sekecil apa pun, segera mengambil tindakan. Jangan biarkan berlarut-larutan, kerana kalau dibiarkan dan telah menjadi kebiasaan, maka ia akan menjadi sesuatu yang sukar bagi kita untuk mengatasinya. Membiarkan mereka membuka aurat bererti merelakan mereka mendapatkan laknat Allah, kasihanilah mereka, selamatkan para wanita muslimah, jangan jerumuskan mereka ke dalam kebinasaan yang menyengsarakan, baik di dunia mahupun di akhirat.
Berikut adalah cara bertahap:
1.Menghilangkan Definisi Hijab
Dalam tahap ini syaitan membisikkan kepada para wanita, bahawa pakaian apa pun termasuk hijab (penutup) itu tidak ada kaitannya dengan agama, ia hanya sekadar pakaian atau gaya hiasan bagi para wanita. Jadi tidak ada pakaian syar’i, pakaian dengan apa pun bentuk dan namanya tetap pakaian.
Sehingga akibatnya, ketika zaman telah berubah, atau kebudayaan manusia telah berganti, maka tidak ada masalah pakaian ikut ganti juga. Demikian pula ketika seseorang berpindah dari suatu negeri ke negeri yang lain, maka harus menyesuaikan diri dengan pakaian penduduknya, apa pun yang mereka pakai. Berbeza halnya jika seorang wanita berkeyakinan, bahawa hijab adalah pakaian syar’i (identiti keislaman), dan memakainya adalah ibadah bukan sekadar gaya (fesyen). Biarpun hidup bila saja dan di mana saja, maka hijab syar’i tetap dipertahankan. .
Apabila seorang wanita masih bertahan dengan prinsip hijabnya, maka syaitan beralih dengan strategi yang lebih halus. Caranya?
Pertama, Membuka Bahagian Tangan
Telapak tangan mungkin sudah kebiasaannya terbuka, maka syaitan membisikkan kepada para wanita agar ada sedikit peningkatan model yakni membuka bahagian hasta (siku hingga telapak tangan). “Ah tidak ! apa-apa, kan masih pakai tudung dan pakai baju panjang?”, begitu bisikan syaitan. Dan benar si wanita akhirnya memakai pakaian model baru yang menampakkan tangannya, dan ternyata para lelaki melihatnya juga seperti biasa saja. Maka syaitan berbisik, “Itu tidak apa-apa kan?”
Kedua, Membuka Leher dan Dada
Setelah menampakkan tangan menjadi kebiasaan, maka datanglah syaitan untuk membisikkan perkara baru lagi, “Kini buka tangan sudah menjadi lumrah, maka perlu ada peningkatan model pakaian yang lebih maju lagi, yakni terbuka bahagian atas dada kamu. Tapi jangan sebut sebagai pakaian terbuka, hanya sekadar sedikit untuk mendapatkan hawa, agar tidak panas. Cubalah! Orang pasti tidak akan peduli, sebab hanya sebahagian kecil sahaja yang terbuka.”Maka dipakailah pakaian fesyen terbaru yang terbuka bahagian leher dan dadanya dari yang fesyen setengah lingkaran hingga yang fesyen bentuk huruf “V” yang tentu menjadikan lebih terlihat lagi bahagian sensitif lagi dari dadanya.
Ketiga, Berpakaian Tapi Telanjang
Syaitan berbisik lagi, “Pakaianmu hanya gitu-gitu saja, tak ‘cool’, carilah fesyen atau bahan lain yang lebih bagus!” “Tapi apa ye?” Si wanita berfikir. “Banyak fesyen dan kain yang agak tipis, lalu bentuknya dibuat yang agak ketat biar lebih sedap dan cantik dipandang,” syaitan memberi idea baru.Maka tergodalah si wanita, dicarinya fesyen pakaian yang ketat dan kain yang tipis bahkan transparent. “Mungkin tak ada masalah, kan potongan pakaiannya masih panjang, hanya bahan dan fesyennya saja yang agak berbeza, biar nampak lebih feminin”, begitu syaitan menokok-nambah. Hasil pakaian tersebut akhirnya menjadi budaya di kalangan wanita muslimah, makin hari makin bertambah ketat dan transparent, maka jadilah mereka wanita yang disebut oleh Nabi sebagai wanita kasiyat ‘ariyat (berpakaian tetapi telanjang).
Keempat, Agak di Buka Sedikit
Setelah para wanita muslimah mengenakan pakaian yang ketat, maka syaitan datang lagi dan sebagaimana biasanya dia menawarkan idea baru yang sepertinya ‘cool’ dan ‘vogue’, yakni dibisikkan kepada wanita itu, “Pakaian seperti ini membuat susah berjalan atau duduk, soalnya sempit, apa lebih baik ia di belah hingga lutut atau mendekati paha? Dengan itu kamu akan lebih selesa, lebih kelihatan lincah dan bebas bergerak.” Lalu dicubalah idea baru itu, dan memang benar dengan dibelah mulai dari bahagian bawah hingga lutut atau mendekati peha ternyata membuat lebih selesa, terutama ketika akan duduk atau naik kenderaan. “Erm, tersingkap sedikit tak apa-apalah, yang penting enjoy,” katanya.
Inilah tahap awal syaitan merosakkan kaum wanita, hingga tahap ini pakaian masih tetap utuh dan panjang, hanya fesyen, corak, potongan dan bahan saja yang dibuat berbeza dengan hijab syar’i yang sebenarnya. Maka kini mulailah syaitan pada tahap berikutnya.
- Terbuka Sedikit Demi Sedikit
Kini syaitan melangkah lagi, dengan tipu daya lain yang lebih ‘power’, tujuannya agar para wanita menampakkan bahagian aurat tubuhnya.
Syaitan Berbisik kepada para wanita, “Baju panjang benar-benar tidak selesa, kalau hanya dengan membelah sedikit bahagiannya masih kurang memadai, lebih elok kalau dipotong sahaja hingga atas mata kaki. Ini baru agak longgar. Oh, ada yang terlupa, kalau kamu pakai baju sedemikian, maka tudung yang besar tidak sepadan lagi, sekarang kamu cari tudung yang kecil agar lebih serasi dan sepadan, orang tetap menamakannya dengan tudung.”Maka para wanita yang terpengaruh dengan bisikan ini terburu-buru mencari fesyen pakaian yang dimaksudkan. Tak ketinggalan kasut tumit tinggi, yang kalau untuk berjalan, dapat menarik perhatian orang.
Kedua, Membuka Seperempat Hingga Separuh Betis
Terbuka telapak kaki telah biasa ia lakukan, dan ternyata orang yang melihat juga tidak begitu ambil peduli. Maka syaitan kembali berbisik, “Ternyata kebanyakan manusia menyukai apa yang kamu lakukan, buktinya mereka tidak ada reaksi apa-apa, kecuali hanya beberapa orang. Kalau langkah kakimu masih kurang selesa, maka cubalah kamu cari fesyen lain yang lebih menarik, bukankah kini banyak skirt separuh betis dijual di pasaran? Tidak usah terlalu terdedah, hanya terlihat kira-kira sepuluh sentimeter saja. Nanti kalau sudah biasa, baru kamu cari fesyen baru yang terbuka hingga separuh betis.”Benar-benar bisikan syaitan dan hawa nafsu telah menjadi penasihat peribadinya, sehingga apa yang saja yang dibisikkan syaitan dalam jiwanya dia turutkan. Maka terbiasalah dia memakai pakaian yang terlihat separuh betisnya kemana saja dia pergi.
Ketiga, Terbuka Seluruh Betis
Kini di mata si wanita, zaman benar-benar telah berubah, syaitan telah berhasil membalikkan pandangan jernihnya. Terkadang si wanita berfikir, apakah ini tidak bercanggah dengan para wanita di masa Nabi dahulu. Namun bisikan syaitan dan hawa nafsu menyahut, “Ah jelas tidak, kan sekarang zaman sudah berubah, kalau zaman dulu para lelaki mengangkat pakaiannya hingga setengah betis, maka wanitanya harus menyelisihi dengan menjulurkannya hingga menutup telapak kaki, tapi kini lain, sekarang banyak lelaki yang menurunkan pakaiannya hingga bawah mata kaki, maka wanitanya harus menyelisihi mereka iaitu dengan mengangkatnya hingga setengah betis atau kalau perlu lebih ke atas lagi, sehingga nampak seluruh betisnya.”“Tetapi apakah itu tidak menjadi fitnah bagi kaum lelaki”, wanita bersungut. “Fitnah? Ah, itu kan zaman dulu, di masa itu kaum lelaki tidak suka kalau wanita menampakkan auratnya, sehingga wanita-wanita mereka lebih banyak di rumah dan pakaian mereka sangat tertutup. Tapi sekarang sudah berbeza, kini kaum lelaki kalau melihat bahagian tubuh wanita yang terbuka, malah senang dan mengatakan ‘oh’ atau ‘wow’, bukankah ini bererti sudah tidak ada lagi fitnah, kerana sama- sama suka? Lihat saja fesyen pakaian di sana-sini, dari yang di pasar malam hingga yang berjenama di pusat membeli belah, semuanya memperagakan fesyen yang dirancang khusus untuk wanita maju di zaman ini. Kalau kamu tidak mengikutinya, akan menjadi wanita yang ketinggalan zaman.”
Demikianlah, maka pakaian yang menampakkan seluruh betis akhirnya menjadi kebiasaan, apalagi ramai yang memakainya dan sedikit sekali orang yang mempersoalkannya. Kini tibalah saatnya syaitan melancarkan tahap terakhir dari tipu dayannya untuk melucuti hijab wanita.
3. Serba Mini
Setelah pakaian yang menampakkan betis menjadi pakaian sehari- harian dan dirasa biasa-biasa saja, maka datanglah bisikan syaitan yang lain. “Pakaian memerlukan variasi, jangan yang itu saja, sekarang ini fesyen skirt mini, dan agar sepadan, rambut kepala harus terbuka, sehingga benar-benar kelihatan indah.”
Maka akhirnya skirt mini yang menampakkan bahagian bawah peha lalu dipakai, bajunya pun bervariasi, ada yang terbuka hingga lengan tangan, terbuka bahagian dada sekaligus bahagian punggungnya dan berbagai fesyen lain yang serba pendek dan mini. Koleksi pakaiannya sangat beraneka ragam, ada pakaian untuk berpesta, bersosial, pakaian kerja, pakaian rasmi, pakaian malam, petang, musim panas, musim sejuk dan lain-lain, tak ketinggalan seluar pendek separuh peha pun dia miliki, fesyen dan warna rambut juga ikut bervariasi, semuanya telah dicuba. Begitulah sesuatu yang sepertinya mustahil untuk dilakukan, ternyata kalau sudah dihiasi oleh syaitan, maka segalanya menjadi serba mungkin dan diterima oleh manusia.
Hingga suatu ketika, muncul idea untuk mandi di kolam renang terbuka atau mandi di pantai, di mana semua wanitanya sama, hanya dua bahagian paling ketara saja yang tersisa untuk ditutupi, kemaluan dan buah dada. Mereka semua mengenakan pakaian yang sering disebut dengan “bikini”. Kerana semuanya begitu, maka harus ikut begitu, dan na’uzubillah bisikan syaitan berhasil, tujuannya tercapai, “Menelanjangi Kaum Wanita.”
Demikian halus cara yang digunakan syaitan, sehingga manusia terjerumus dalam dosa tanpa terasa. Maka hendaklah kita semua, terutama ibu bapa jika melihat gejala menyimpang pada anak-anak gadis dan para wanita kita sekecil apa pun, segera mengambil tindakan. Jangan biarkan berlarut-larutan, kerana kalau dibiarkan dan telah menjadi kebiasaan, maka ia akan menjadi sesuatu yang sukar bagi kita untuk mengatasinya. Membiarkan mereka membuka aurat bererti merelakan mereka mendapatkan laknat Allah, kasihanilah mereka, selamatkan para wanita muslimah, jangan jerumuskan mereka ke dalam kebinasaan yang menyengsarakan, baik di dunia mahupun di akhirat.
Subscribe to:
Posts (Atom)